Page 313 - S Pelabuhan 15.indd
P. 313
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
Sejak 17 Februari 1897, Standaardschool sudah di pindahkan ke Lela karena cuaca
Maumere yang tak segar oleh malaria. Dua buah sekolah dipindahkan sekaligus oleh
Pater E.S. Luypen SY. Di Maumere hanya tinggal sebuah sekolah kecil dengan tiga kelas,
untuk anak-anak serta beberapa anak dari jauh. Sedang di Lela, terbuka kesempatan
untuk mereka yang dari Ende dan Manggarai. Meskipun demikian Maumere masih
tetap dikunjungi sekian banyak murid dengan guru Lose, juga seorang guru asal
Manado. Di bawah pimpinan Posthouder Kailola seorang katolik Belanda Ambon.
Situasi Maumere sekitarnya maju pesat. Agama katolik berkembang dengan pesatnya.
Gereja Maumere yang pertama berlokasi kira-kira pada SD sekarang, dengan atap
ilalang, dibawah asuhan Pater Ten Brink dan bruder Muhle serta Hanseates.
Kampung Wolokoli yang terletak di sebelah kali bagian timur, dipindahkan ke
kampung Kabor sekarang dengan nama Naterwerung. Kampung Makasar dan Selayar
yang berada dekat kali bagian utara digeser agak ke timur dengan nama kampung
Beru. Pendiri kampung Beru ialah Mo’ang Beru Hedung.
Pada tahun 1905 mulai dibuka jalan raya dari Maumere ke Geliting, juga Maumere
ke Koting langsung ke Lela. Ke Geliting waktu itu orang hanya menyusur pantai atau
bersampan. Setelah jalan raya dibuka dari Maumere ke Geliting, raja mulai memakai
bendi. Haji-haji dari Geliting pun mulai berbendi ( kendaraan yang ditarik oleh kuda
seperti di Jawa).
Dalam tahun itu juga dibangun gedung pasar dengan tiang-tiang dari lontar. Letaknya
berhadapan dengan kantor Posthouder. Sebelumnya orang-orang hanya berjualan
dibawah pohon beringin atau di tepi pantai. Mereka langsung bertukaran barang
(barter) dengan ikan, garam atau padi, dan jagung. Ada yang memakai mata uang ada
yang belum memakainya.
Pasar juga mulai dibangun di Geliting, kemudian di Lela dan di Nangahale. Orang-
orang mulai beramai-ramai berdatangan ke Nangahale menjual beras dan membeli
pakaian. Di Lela, selalu penuh dengan orang Lio dan Nita Koting yang turun
berbelanja. Orang-orang Cina juga menggunakan pasar-pasar itu untuk menjual
pakaian, pisau, parang, jarum, benang, celana dan minyak tanah. Pasar begitu
berkembang, perdagangan begitu semarak, di Maumere, di Lela dan Geliting.
301