Page 39 - S Pelabuhan 15.indd
P. 39

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            yang besar pada saat-saat tertentu yang mereka beri nama ‘Bugis Season’ , atau musim

            Bugis. Kedatangan perahu-perahu Bugis ini merupakan panen besar bagi para
            pedagang lokal, karena mereka membawa sejumlah besar barang yang bisa mereka
            beli (Dick, ed. 1999, 99).


            Sementara itu sejak tahun 1824, pemerintah Belanda mendirikan  Nederlansch
            Handel-Maatschappij (NHM) atau Perusahaan Perdagangan Belanda. Perusahaan
            ini menjadi perusahaan yang memiliki armada kapal yang mengangkut hasil-hasil

            dari Hindia Belanda ke Eropa. Kapal-kapal Eropa lainnya juga melakukan hal yang
            sama, terutama kapal-kapal Inggris. Perkembangan Pelabuhan Singapura membuat
            Pelabuhan Makasar merosot perannya dalam perdagangan interregional dan regional,
            karena  Belanda  melarang perdagangan bebas di sini.


            Selain itu  Inggris juga mendirikan perusahaan pelayaran dengan bendera Belanda,
            yaitu Nederlandsch Indie Stoomvaart-Maatschappij (NISM), dan menjadi  perusahaan
            pelayaran yang disewa pemerintah kolonial Hindia Belanda sejak 1865 sampai 1890.

            Namun pemerintah Hindia Belanda tidak ingin tergantung dengan  perusahaan
            tersebut, dan mendirikan perusahaan pelayaraan kerajaan, yaitu Koninlijk Paketvaart
            Maatschappij (KPM). Perusahaan ini kemudian mengambil alih pengiriman paket

            pelayaran dari NISM yang telah habis masa kontraknya. KPM ini kemudian mendapat
            keistimewaan dari pemerintah, seperti memonopoli pengiriman barang-barang milik
            pemerintah, pengiriman surat, dan perjalanan pegawai pemerintah Hindia Belanda.
            Sejak itu KPM telah mendominasi pelayaran di Hindia Belanda dengan menyinggahi
            225 pelabuhan di seluruh kepulauan Hindia Belanda (Dick, ed. 1999,111-112).


             Kondisi tersebut yang membuat pemerintah Belanda berusaha menyaingi Singapura
            dengan membuka pelabuhan bebas di Riau (1829), Pontianak, dan Sambas (1834),

            Sukadana (1837), Makasar (1847), Manado (1848), Ambon, Banda, serta Ternate
            (1852) (Booth, ed. 1988, 404-407).  Usaha ini sedikit berhasil seperti dapat kita lihat
            dari tulisan Sutherland tentang kedatangan kapal-kapal Cina langsung ke Pelabuhan
            Makasar selama pertengahan abad ke-19.


            Kedatangan kapal-kapal Eropa membawa pengaruh yang cukup penting dalam dunia
            perdagangan dan pelayaran di Nusantara. Kekuatan armada kapal yang diperlengkapi

            dengan meriam yang canggih menjadikan kapal-kapal Portugis dan terutama Belanda
            mempunyai kekuatan memaksakan perdagangan monopolinya. Peran para pedagang
                                                                                                                27
            Eropa pada abad ke-16 sampai 18, seringkali dijadikan studi sejarah oleh sejarawan
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44