Page 94 - S Pelabuhan 15.indd
P. 94
dilayari hingga jauh ke daerah pedalaman di kaki Bukit Barisan. Sementara itu sungai
yang bermuara di Samudera Indonesia tidak begitu panjang dan tidak jauh dapat
dilayarinya.
Di beberapa tempat di pantai barat (baratdaya) terdapat teluk yang dalam. Teluk yang
terlindung dari angin dan ombak besar ini dapat dipakai sebagai tempat berlabuh
bagi sebuah kapal. Di antara teluk-teluk yang terdapat di pantai barat itu antara
lain Teluk Tapian Nauli atau Teluk Sibolga di Sumatera Utara, Muaro Padang dan
Teluk Padang (Koninginne Baai) di Sumatera Barat, dan Padang Baai di Bengkulu.
Namun tidak semua teluk tersebut dapat menjamin kelangsungan hidup pelabuhan
yang ada di situ. Keadaan ini disebabkan karena sumberdaya alam yang pernah ada
di kawasan pemasoknya. Dapat dikemukakan sebagai contoh, misalnya pelabuhan
Barus dulunya pernah hidup ketika hasil hutan yang berupa kapur barus sangat laku
dijual dipasaran. Tetapi ketika kapur barus mulai langka, maka para saudagar mencari
ke daerah lain.
Mengenai sumberdaya alam yang menjadikan Nusantara, khususnya Sumatera
dikenal dunia internasional, diperoleh dari sumber-sumber asing dari sebelum
abad ke-16. Dalam sumber-sumber itu dilukiskan bahwa bagian utara Sumatera
merupakan daerah yang kaya akan hasil alam baik berupa tumbuhan maupun
tambang. Pelabuhan-pelabuhan dagang di pantai terutama hidup dari perdagangan
hasil bumi yang dibawa dari pedalaman dan dijual kepada saudagar yang datang dari
jauh. Catatan-catatan Arab menyebut kamper dari Fansūr (Barus) dan catatan Cina
menyebut belerang dari Nakur. Komoditi perdagangan itu hingga abad ke-17 masih
dicari konsumen di pasaran.
Berbicara mengenai kota-kota (pelabuhan) dan kerajaan-kerajaan kuno di Sumatera,
mau tidak mau harus membicarakan pula sumberdaya alam yang terkandung
di permukaan dan di dalam bumi Sumatera. Sebab, kelangsungan hidup dan
berkembangnya kota-kota dan kerajaan-kerajaan tersebut antara lain tergantung
dari pengelolaan sumberdaya alam tersebut sebagai komoditi perdagangan. Selain
itu, dengan mengetahui dan mempelajari sumberdaya alam Sumatera, dapat juga
memahami pola perdagangan kuno pada masa itu. Sumber-sumber tertulis dari
dalam (prasasti) dan luar negeri (berita Arab dan Cina) menginformasikan kepada
kita mengenai sumberdaya alam yang dijadikan komoditi oleh kerajaan-kerajaan di
82 Sumatera.