Page 17 - Kelompok1-wingko babad
P. 17
Pada 1965, pusat perdagangan di Semarang bergeser dari kawasan Kota
Lama, Pecinan, dan alun-alun di depan Masjid Kauman ke kawasan Simpang
Lima yang baru dibangun. Jalan Pandanaran yang berada di antara Tugu Muda
dan Simpang Lima mulai banyak berdiri toko oleh-oleh seperti Bandeng Juwana
dan pedagang kaki lima. Sejak Loe Lan Hwa dan suaminya membuka usaha pada
1946, wingko babad sampai sekarang lebih dikenal sebagai makanan khas
Semarang daripada daerah asalnya di Kecamatan Babad, Lamongan. Produsen
wingko babad kini juga tersebar di beberapa wilayah di Semarang.
“Anak yang pertama laki-laki bernama Loe Lan Ing, dan anak kedua adalah
perempuan bernama Loe Lan Hwa. Loe Lan Ing menikah dengan Go Giaw Kien,
pasangan ini sebagai generasi kedua yang meneruskan pembuatan wingko babad,
dan mereka berdualah yang mendirikan pabrik wingko bernama Pabrik Loe Lan
Ing,” terang mahasiswa asal Lamongan tersebut.
Lebih lanjut dia menuturkan, Loe Lan Ing dan Go Giaw Kien kemudian memiliki
dua anak yaitu Go Kiok Nio dan Go Kok Hien. Mereka berdua adalah generasi
ketiga yang meneruskan produksi wingko dari ayahnya Loe Lan Ing. Terakhir, Go
Kiok Nio menikah dan memiliki putri yang bernama Ibu Kristina, dan akhirnya
ibu Kristina memiliki suami yang bernama Supriyadi Gondokoesoemo.
(Diakses pada tanggal 23 September 2022,
https://news.unair.ac.id/2019/01/23/sejarah-wingko-babat-loe-lan-ing-kudapan-le
git-khas-lamongan/)