Page 19 - E-Modul Bahasa Indonesia
P. 19
Segala persiapan sedang diadakan untuk menabalkan Rama dalam negeri. Si
Budak Bungkuk menghasut Baliadari menuntut Dasarata supaya menunaikan
janjinya, yaitu menabalkan anak-anak Baliadari. Apa daya, kata raja tak dapat
diubah, maka terpaksalah Dasarata mengabulkan permohonan Baliadari. Rama dan
Sita, bersama-sama Laksamana lalu meninggalkan negeri dan pergi bertapa di
dalam hutan.
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan belantara. Dalam
perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharesi yag baik kepada
mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan
mengajak Sri Rama bertapa bersama-sama dengan mereka. Rama menolak dan
meneruskan perjalanan hingga sampailah di bukit Indra Pawanam. Di sini ada
seorang raksasa Purba Ita mencoba melarikan Sita. Raksasa itu dibunuh oleh
Rama. Maka Rama pun membuat tempat pertapaan di bukit ini.
Menurut Shellabear, sesudah mengalahkan keempat anak raja yang mencoba
menghalanginya, Rama mengambil keputusan tak akan pulang ke negeri, karena
ayahnya telah memilih Baradan sebagai pengganti raja. Rama dan Sita, bersama-
sama dengan Laksamana lalu masuk ke hutan belantara, mencari tempat yang
sesuai untuk bertapa. Mereka bertemu dengan seorang pertapa, Maharesi Astana
namanya, yang memberitahu Laksamana tentang dua kolam aneh yang terdapat
dalam hutan itu. Suatu kolam airnya jernih, tetapi barang siapa yang mandi di
dalamnya akan menjadi kera. Sebuah lagi airnya keruh. Rama dan Sita mandi di
kolam jernih dan mereka menjadi kera seketika itu juga. Untunglah ada
Laksamana yang sempat menyelamatkan mereka. Sesudahnya, Rama pun
menyuruh mengurut kerongkongan Sita Dewi yang segera memuntahkan maninya.
Mani itu dibawa oleh Bayu Bata dan dimasukkan ke dalam mulut Dewi Anjani
yang sedang ternganga. Dewi Anjani bunting dan melahirkan Hanoman. Kemudian
Rama bertapa dalam suatu tempat yang baik dalam hutan itu.
Rawana hendak menyerang matahari, karena sang matahari selalu
menggangu kesenangannya. Sekembali dari usahanya yang sia-sia itu, dilihatnya
kotanya dikawal oleh binatang semacam ular. Binatang itu ditetaknya. Kemudian
ternyata yang ditetak itu bukanlah ular, melainkan lidah saudaranya, Berga Singa.
Sura Pandaki takut anaknya dibunuh oleh Rawana, lalu membawa anaknya ke
hutan dan menyuruhnya bertapa dalam buluh betung. Di dalam rumpun buluh
inilah Dasra Singa terbunuh oleh Laksamana. Sura Pandaki sangat marah dan mau
membalas dendam. Ia lalu mengubah dirinya sebagai seorang perempuan yang
cantik dan mendekati Rama, dengan maksud menangkap Rama. Rama
menolaknya, ketika ia menghampiri Laksamana, Laksamana mengerat hidungnya.
Saudaranya, Darkalah Sina, menyerang Rama, juga tidak berhasil. Sura
Pandaki lalu menghasut Rawana menyerang Rama dan Laksamana. Dengan dua
orang raksasa yang sakti, Rawana datang ke hutan pertapaan Rama. Seorang
raksasa menjadikan diri sebagai kijang emas, seorang lagi sebagai kijang perak.
Sita Dewi yang melihat kedua kijang itu tergerak hatinya hendak memiliki kedua-
dua kijang tersebut, lalu meminta dengan sangat supaya Rama menangkap kijang-
kijang itu hidup-hidup. Pergilah Rama menangkap kijang itu.
Tidak lama kemudian terdengar pula suara Rama meminta tolong. Sita
mendesak Laksamana pergi menolong Rama. Ketika Laksamana menolak, Sita
menuduh Laksamana. Dikatakannya bahwa Laksamana ingin memilikinya
seandainya Rama mati. Oleh karena tuduhan itu, maka terpaksalah Laksamana
pergi. Sebelum ia pergi, ia menggores tanah dengan telunjuknya. Maksudnya,
barang siapa yang melangkahi goresan itu akan kena tangkap.
Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X | 18