Page 43 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 43
memperjuangkannya selama bertahun-tahun. Namun demikian,
peneliti sendiri mempunyai pandangan bahwa otokritik bukanlah
hal yang tabu dalam gerakan. Otokritik justru diperlukan untuk
kemajuan sebuah gerakan. Hal ini diperkuat juga oleh adanya
pandangan dari informan petani maupun aktivis reforma agraria
yang menyatakan bahwa Cipari adalah salah satu contoh kasus
kegagalan reforma agraria.
Interaksi peneliti yang cukup dekat dengan para aktor,
termasuk di dalamnya kemampuan peneliti mengatasi tantangan
di atas diharapkan mampu menyingkap berbagai macam
pertarungan dalam penggunaan kekuasaan oleh berbagai macam
kelompok orang baik di level rakyat, swasta maupun negara,
termasuk di dalamnya dalam hal perumusan kebijakan dan
implementasi reforma agraria.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan
lapangan terkait agenda yang dilakukan oleh informan dan
dokumen dalam penelitian etnografis dapat dikatakan sebagai
konstruksi wacana yang mendasari framing kebijakan (Blaikie dan
Springate-Baginski 2007; Hajer 1995, 2006). Dalam melakukan
konstruksi wacana yang membentuk framing kebijakan
tersebut peneliti melakukan serangkaian aktivitas diantaranya:
mentranskrip data, mengklasifikasi data, menginterpretasi data
serta menyimpulkan data lapangan untuk menjadi tulisan hasil
dan temuan penelitian.
Transkrip data dilakukan dengan menuangkan hasil
wawancara yang didapatkan dari rekaman audio ke dalam narasi
berbentuk tulisan. Pada tahap ini, transkrip wawancara dituliskan
sesuai aslinya. Sedangkan untuk catatan-catatan lapangan dan
juga pengamatan dalam agenda kegiatan yang dilakukan para
26 Kebijakan Reforma Agraria di Era Susilo Bambang Yudhoyono