Page 98 - skripsi antropologi sastra
P. 98
85
Laß mich jetzt, geliebter Knabe,
Mir will nicht die Welt gefallen,
Nicht der Schein, der Duft der Rose,
Nicht der Sang der Nachtigallen.
Tinggalkan aku sekarang, pemuda tersayang
Aku tidak akan jatuh cinta pada dunia ini.
Tidak pada kilaunya, (pada) harumnya bungamawar,
Tidak pada nyanyian burung bulbul.
Kalimat yang dituliskan Goethe pada bait di atas adalah kalimat yang begitu
indah namun sarat dengan makna. Terutama kalimat yang terdapat pada baris terakhir
yakni pada kata Nachtigallen atau burung bulbul. Ini perumpamaan yang menarik
yang dipilih Goethe sehingga menjadikan puisi ini semakin indah.
Sir David Attenborough dalam kajian ilmiahnya menulis, burung Bulbul
mampu menyanyikan 300 lagu cinta yang berbeda pada kicauannya. Burung ini
mampu bernyanyi untuk pasangannya sepanjang malam. Si burung kecil ini diberi
namaNightingales karena mereka sering bernyanyi di malam serta siang hari. Juga
bernyanyi saat fajar, selama satu jam sebelum matahari terbit. Menurut catatan
dilansir Wikipedia, Nightingales biasanya bernyanyi lebih keras di lingkungan
perkotaan atau dekat-kota, dalam rangka untuk mengatasi kebisingan kota.
Nightingale juga dipilih menjadi simbol bagi para penyair dan penulis puisi
dari berbagai usia. Salah satu penyair asal Inggris yang terinspirasi oleh kicauan
burung bulbul adalah George Gascoigne. Kicauan burung bulbul juga ditafsirkan
sebagai ratapan atau suara alami yang sesungguhnya.
Coleridge dan Wordsworth, dua penyair terkenal ini berpendapat, burung
bulbul lebih sebagai turunan dari penciptaan puitis alami yang merupakan suara alam.