Page 24 - ski kls 9
P. 24
kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang
kecil (rebon). Adapun versi lain yang diambil dari kitab Nagarakertabhumi menyatakan bahwa
kata Cirebon adalah perkembangan kata Caruban yang berasal dari istilah sarumban yang
berarti pusat percampuran penduduk.
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Pangeran
Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di Cirebon. Ia bergelar
Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamasikan kemerdekaan Cirebon
dan bergelar Cakrabuana. Ketika pemerintahannya telah kuat, Walangsungsang dan Nyai Rara
Santang melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Sepulang dari Mekah ia memindahkan pusat
kerajaannya ke Lemahwungkuk. Di sanalah kemudian didirikan keraton baru yang
dinamakannya Pakungwati.
Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Walangsungsang, namun orang yang berhasil meningkatkan
statusnya menjadi sebuah kesultanan adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Sunan
Gunung Jati adalah keponakan merangkap pengganti Pangeran Cakrabuana sebagai Penguasa
Cirebon. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Pada tahun 1479, Pangeran Cakrabuana mengundurkan diri dari tampuk pimpinan kerajaan
Pakungwati. Kedudukannya kemudian digantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil
perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568)
yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulai ketika dipimpin
oleh Sunan Gunung Jati, yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang menyebarkan agama
Islam di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan
Banten. Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon
dan Kesultanan Banten.
Tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat. Fatahillah kemudian naik tahta menggantikan beliau.
Fatahillah menduduki tahta kerajaan Cirebon hanya dua tahun karena ia meninggal dunia pada
tahun 1570. Fatahillah dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di
Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.
Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah Pangeran Dipati Carbon, Putra
Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati. Namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal
lebih dahulu pada tahun 1565.
Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, tahta kerajaan
jatuh kepada Pangeran Emas putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung
Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama
kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649.
18 Buku Siswa Madrasah Tsanawiyah
ski siswa kls 9.indd 18 6/16/16 7:29 PM