Page 6 - THE HEART KEEPER
P. 6
“Minta maaf ke kakinya, sayang-sayang terus, suruh cepet sembuh
supaya Aa bisa main bola lagi.”
Saya yang kala itu berumur sepuluh tahun menurut, mencium kedua
kaki saya dengan banyak doa yang terucap di dalam hati, permintaan maaf
atas hal-hal buruk yang saya lakukan melalui kaki ini. Mamah kala itu hanya
menatap saya dengan diam, setelah bertahun-tahun kemudian saya mengerti
bahwa Mama pun bersedih.
Sejak hari itu, Mamah tidak pernah lagi memarahi saya atas segala hal yang
saya maupun Farischa lakukan. Saya diperlakukan tidak ada bedanya dengan
bagaimana beliau memperlakukan Farischa. Farischa pun selalu berada di sisi
saya dan selalu setia menemani saya melalui hari-hari penuh kekosongan.
Sejak saat itu, saya menyadari bahwa benar adanya, keluarga adalah satu-
satunya harta berharga yang saya miliki.
11