Page 118 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 118
“Kamu kenapa? Seperti orang melihat hantu saja,” “Kalau kamu? SMA Wakaya juga?” aku menoleh pada
tany Gendhis Wajahny lek memandangk Gendhis. Dia tak menjawab, tetapi wajahnya meredup.
Kurasakan pipiku memanas. Buru-buru aku Wira memberiku kode dengan mengedipkan matanya.
memunggungi Gendhis dan pura-pura merapikan dan
Aku tak paham, ada apa ini?
melipat kostum.
“Simbah sudah tua, tak sanggup lagi mengasuh
“Ngomong-ngomong soal hantu, bagaimana kisah
kami. Bahkan, akulah yang harus mengasuh Simbah.
pencarianmu soal drumben gaib itu? Sudah menyerah Memasak, menyuapi makan, dan menemaninya ke kamar
lanjut? tany Wira
mandi. Aku juga harus mengasuh Ndaru. Sepertinya aku
“Memangnya kamu masih sering mendengarnya? tidak akan melanjutkan sekolah,” Gendhis menunduk,
Sudahlah, terima saja. Mungkin memang takdirmu tinggal suaranya terdengar bergetar.
di sini,” ujar Gendhis. Aku dan Wira membisu. Gendhis anak yang cerdas.
Aku menggeleng. Sudah lama aku tidak mendengar Tak seharusnya dia putus sekolah. Namun, kami bisa
suara drumben itu. Aku juga tak lagi membuang waktu berbuat apa? Gendhis benar, tak mungkin meninggalkan
untuk mencari tahu. Untuk apa? Lupakan saja! Toh Simbah berdua Ndaru di rumah. Gendhis harus menjaga
kenyataannya waktuku tinggal setahun lagi di sini. mereka. Mendadak, aku merasa jengkel sekali pada ayah
Papa bahkan sudah mencari informasi SMA untukku di Gendhis.
Bengkulu. Tanpa perlu dibuktikan pun, mitos itu sudah
salah. Aku tak akan tinggal lama di Yogya.
“Kalian mau masuk SMA mana?” tanyaku.
“SMA Wakaya,” sahut Wira mantap. Menurut Wira,
sudah dari kecil dia ingin bersekolah di sana. Katanya,
setiap dia melewati sekolah itu, dia akan berhenti sejenak
dan membayangkan dirinya bersekolah di sana. Dia juga
menuliskan keinginannya itu di buku impian. Ya, Wira
punya buku impian. Buku itu berisi tulisan-tulisannya
akan impian-impiannya di masa depan. Dia pernah
menunjukkan buku itu padaku.
110 Misteri Drumben Tengah Malam Bab 14 Lupakan Saja 111