Page 119 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 119

“Kamu kenapa? Seperti orang melihat hantu saja,”  “Kalau kamu? SMA Wakaya juga?” aku menoleh pada
 tany  Gendhis  Wajahny  lek  memandangk   Gendhis. Dia tak menjawab, tetapi wajahnya meredup.

 Kurasakan  pipiku  memanas.  Buru-buru  aku  Wira memberiku kode dengan mengedipkan matanya.
 memunggungi Gendhis dan pura-pura merapikan dan
                   Aku tak paham, ada apa ini?
 melipat kostum.
                   “Simbah sudah tua, tak sanggup lagi mengasuh
 “Ngomong-ngomong soal hantu, bagaimana kisah
               kami. Bahkan, akulah yang harus mengasuh Simbah.
 pencarianmu soal drumben gaib itu? Sudah menyerah  Memasak, menyuapi makan, dan menemaninya ke kamar
     lanjut?  tany  Wira
               mandi. Aku juga harus mengasuh Ndaru. Sepertinya aku
 “Memangnya kamu masih sering mendengarnya?  tidak akan melanjutkan sekolah,” Gendhis menunduk,
 Sudahlah, terima saja. Mungkin memang takdirmu tinggal   suaranya terdengar bergetar.
 di sini,” ujar Gendhis.   Aku dan Wira membisu. Gendhis anak yang cerdas.
 Aku menggeleng. Sudah lama aku tidak mendengar   Tak seharusnya dia putus sekolah. Namun, kami bisa
 suara drumben itu. Aku juga tak lagi membuang waktu  berbuat apa? Gendhis benar, tak mungkin meninggalkan
 untuk mencari tahu. Untuk apa? Lupakan saja! Toh  Simbah berdua Ndaru di rumah. Gendhis harus menjaga
 kenyataannya waktuku tinggal setahun lagi di sini.  mereka. Mendadak, aku merasa jengkel sekali pada ayah
 Papa bahkan sudah mencari informasi SMA untukku di  Gendhis.
 Bengkulu. Tanpa perlu dibuktikan pun, mitos itu sudah
 salah. Aku tak akan tinggal lama di Yogya.
 “Kalian mau masuk SMA mana?” tanyaku.
 “SMA  Wakaya,”  sahut  Wira  mantap.  Menurut  Wira,
 sudah dari kecil dia ingin bersekolah di sana. Katanya,
 setiap dia melewati sekolah itu, dia akan berhenti sejenak
 dan membayangkan dirinya bersekolah di sana. Dia juga
 menuliskan  keinginannya  itu  di  buku  impian.  Ya,  Wira
 punya buku impian. Buku itu berisi tulisan-tulisannya
 akan impian-impiannya di masa depan. Dia pernah
 menunjukkan buku itu padaku.







 110  Misteri Drumben Tengah Malam         Bab 14 Lupakan Saja  111
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124