Page 114 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 114

“Ternyata aku ganteng juga,” aku senyum-senyum                                 “Heh, kucing hitam bawa sial!” dengusku.
             sendiri sembari memandang cermin di hadapanku.
                                                                                                “Wah,  wah!  Kok  ngomong  gitu,  sih?”  tiba-tiba  saja
                    Kucing!  Eh,  sepatu!  Sudah  pukul  berapa  ini?                       Mama sudah ada di belakangku sembari membawa kotak
             Aku berlari keluar kamar seraya memegangi topiku yang                          bekalku.
             terasa melayang. Kulihat Papa sudah memanasi mobilnya,
                                                                                                “Memang bawa sial, kan? Buktinya sepatuku masih
             alhamdulillah! Hari ini memang aku khusus meminta
                                                                                            bau pesing,” sahutku sewot.
             tolong Papa untuk mengantarku. Aku tak mungkin naik
             sepeda dengan penampilan seperti ini. Aku harus tetap                              Mama terkekeh dan malah menggendong kucing itu.
             ganteng dan keren.                                                             Seperti paham kalau Mama membelanya, kucing itu sengaja
                                                                                            memejamkan mata dan bersandar di dada Mama.
                 “Faben, sarapan dulu!” teriak Mama padaku.
                                                                                                “Kalau di Jepang, kucing hitam yang datang
                 “Bungkus saja, Ma. Tidak ada waktu lagi,” aku
                                                                                            mendadak begini artinya pemilik rumah bakal mendapat
             menjawab sembari melirik tajam pada kucing liar yang                           pendamping hidup, lo. Cieee, sebentar lagi anak Mama
             tatapanny    meng  sepatuk
                                                                                            punya gebetan, cieeee!” Mama menggodaku.
             datangnya kucing hitam legam ini, Apa dia pikir sepatu
             hitamku ini musuhnya sampai-sampai dia kencing di situ.                            Idih!  Gebetan?  Memangnya    siapa  yang  mau
             Masa dia tidak bisa membedakan mana sepatu dan mana                            kugebet? Ada-ada saja mitosnya. Tidak di Indonesia,
             kucing?                                                                        tidak di Jepang, semuanya memiliki mitos. Coba, apa
                                                                                            hubungannya kucing hitam dan mendapat pendamping
                                                                                            hidup? Tidak masuk akal, kan? Namun, percuma saja
                                                                                            membantah Mama yang sedang bucin pada si kucing
                                                                                            hitam. Aku pun berpamitan dan mencium tangan Mama.
                                                                                                Drum … drum!     Kami semua bermain dengan
                                                                                            penuh semangat. Terik matahari yang menyengat tak
                                                                                            mengendorkan langkah kami yang berirama.
                                                                                                Gendhis mengayunkan tongkat dan melemparnya ke
                                                                                            udara. Hap! Putar, putar, lempar, lempar! Tepuk tangan
                                                                                            bergemuruh melihat atraksi Gendhis yang menawan.
                                                                                                Kami panen pujian. Itu penampilan terbaik kami
                                                                                            sekaligus yang terakhir. Ya, kami akan naik kelas 9. Anak-




             106      Misteri Drumben Tengah Malam                                                                      Bab 14 Lupakan Saja  107
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119