Page 110 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 110

“Orangnya sedang sembahyang,” bisik Gendhis.                                   “Tak heran kalau mereka hebat. Latihannya juga
             Baiklah, kami harus bersabar. Tunggu sampai Bapak itu                          nyaris tiap pagi. Apalagi kalau mau tampil, mereka
             selesai.                                                                       sudah berlatih pukul empat pagi,” Bapak itu melanjutkan
                                                                                            ucapannya sembari menunjukku, “Kamu sepertinya
                 Gendhis menyenggolku, “Kamu bawa uang, kan?
                 belanja  Engg    nanya-nany                                                cocok untuk jadi taruna AU. Kamu tinggi.”
             membeli. Sungkan!”                                                                 Aku tersipu diiringi lirikan tajam dari Gendhis. Ah,
                                                                                            mana cocok aku jadi taruna? Lari keliling lapangan sedikit
                 Aku jadi panik. Kurogoh sakuku, untunglah ada
                                                                                            saja aku sudah minta diolesi param kocok oleh Mama.
             selembar uang yang aku temukan. Terdengar dehaman si
                                                                                            Mama bahkan menjulukiku Datuk Faben, alias Kakek
             pemilik toko. Rupanya beliau sudah selesai sembahyang.
                                                                                            Faben. Kata Mama, param kocok biasanya dipakai orang
                 “Pak, ada air mineral?” tanyaku sambil mengeluarkan                        tua, seperti datukku.
             uang dari saku celanaku. Bapak itu mengangguk dan
                                                                                                “Apa mereka pernah latihan pukul dua atau tiga dini
             dengan cekatan menyerahkan sebotol air padaku.
                                                                                            hari?” tanya Gendhis tiba-tiba.
                 “Itu saja?” tanyanya. Aku mengiyakan.
                                                                                                Bapak itu memandang Gendhis dengan tatapan
                 Lagi-lagi Gendhis menyenggolku. Kali ini lebih keras.                      bertanya-tanya. “Dua pagi? Siapa yang mau bangun
             Matanya memandangku tajam seolah berkata ‘ayo tanya’!                          malam-malam untuk berlatih drumben? Puluhan tahun

                 “Oh, iya bolehkah saya bertanya, Pak?” ucapku                              saya tinggal di sini, belum pernah mendengar ada latihan
             sesopan mungkin.                                                               drumben tengah malam begitu,” sahut si bapak.

                 Bapak tadi tersenyum dan mengangguk. Beliau                                    Baiklah. Berarti, suara drumben itu bukan dari
             mengulurkan uang kembalian, “Kalian mau tanya apa?”                            markas AAU.
                                                                                                Wira menepuk bahuku pelan, seolah hendak bilang
                 Aku tak menyia-nyiakan kesempatan dan segera
             bertanya tentang rutinitas latihan drumben di markas AAU.                      sudahi saja pembicaraan ini. Tidak ada petunjuk lagi.
                 “Kenapa? Kalian mau masuk AAU, ya?” tanya Bapak                                Kami berpamitan. Bapak itu masih memandang
             itu. “Drumbennya memang hebat. Minggu lalu mereka                              kami dengan tatapan heran. Sebenarnya aku masih
             tampil di kawasan titik 0, keren sekali. Kalian nonton?”                       ingin bertanya pada beberapa taruna yang sepertinya
             ujar beliau lagi.                                                                k        mereka  t  Wir
                                                                                            percuma saja. Pasti jawabannya sama dengan bapak tadi.
                 Kami kompak menggeleng. Tidak ada satu pun dari
                                                                                            Ya sudah.
             kami yang tahu mengenai hal itu.




             102      Misteri Drumben Tengah Malam                                                     Bab 13 Memecahkan Misteri Suara Drumben  103
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115