Page 124 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 124

Ryan menggeser layar kameranya menjadi kamera                                  Aku semakin bertanya-tanya, ada apa ini? Ternyata,
             belakang    menunjukk  padak    festiv  y                                      Gendhis memutuskan untuk berhenti sekolah saja. Dia

             meriah. “Hari ini saatnya tabot tebuang. Kau masih ingat                       akan bekerja mencuci dan menyetrika di rumah-rumah
             maknanya, kan? Buanglah segala keburukan yang ada                              tetangga. Dengan begitu, dia bisa menjaga Simbah dan
             pada diri kita, ganti dengan kebaikan. Ingek idak?” tanya                      Ndaru, sekaligus mendapatkan penghasilan.
             Ryan.
                                                                                                “Kamu tahu, nanti ujian-ujian praktik kita itu butuh
                 Tentu saja aku ingat! Aku kan dulu selalu ikut                             banyak duit! Tahun lalu saja praktik membuat kunyit
             festiv  y  mempering  gugurny                                                  asam, praktik membuat kemasannya agar layak jual, juga
               SA    Pas    sek  ber                                                        mendesain brosur untuk dibagikan. Semuanya butuh duit!

             ini. Berpanas-panasan mengarak tabot, memainkan dol                            Apalagi ujian tari, butuh duit juga untuk menyewa kostum.
             dengan gegap gempita, jajan kue-kue yang banyak dijual                         Aku menyerah, Ben! Toh aku juga tidak akan melanjutkan
             di pinggir jalan, ah rindunya!                                                 SMA, jadi ya lebih baik sekalian saja berhenti sekarang,”
                                                                                            Gendhis tergugu-gugu.
                 “Nah, buang yang buruk, ganti dengan yang baik.
             Buanglah cabe di gigimu itu, sikat gigilah dulu agar gigi                          “Ndhis, kamu ini pintar. Jangan menyerah begitu
             kau cemerlang!” candaku menutupi rindu.                                          t  Wir  kesal

                 Ryan terkekeh dan mencungkil cabe di giginya, lalu                             Ak    Wir  buk  mar  t  kecew
             menempelkannya di layar ponsel. Duh!                                           Gendhis  Ak    deng  Wira
                                                                                            menyerah. Orang segarang Gendhis, tak boleh pasrah
                 Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Mama muncul dari
                                                                                            dengan keadaan.
             balik  pintu.  “Ada  Wira  dan  Gendhis,  tuh,”  kata  Mama.
                    Aku mengernyit. Ada apa, ya? Aku tidak ada                                  “Keputusanku sudah bulat. Aku bahkan sudah
             janjian dengan mereka. Aku segera berpamitan pada                                pelangg    Wiry      Babur  merek
             Ry    bergeg      Wir    Gendhis                                               setuju untuk memintaku menyetrika pakaian keluarga
                                                                                            mereka,” kata Gendhis.
                 “Ada apa?” tanyaku.
                 Wira  dan  Gendhis  membisu.  Mereka  juga  tak                                “Hanya menyetrika?” tanyaku.
             menyentuh es teh manis yang disediakan Mama. Tumben.                               “Ya, karena mereka punya mesin cuci,” sahut
             Biasanya Wira jagoan minum es teh.                                             Gendhis.
                 “Ini,  nih!  Bikin  bingung  saja,”  akhirnya  Wira  buka                      “Kalau begitu, kamu bisa melakukannya di sore atau
             suara sambil melirik Gendhis.                                                  malam hari. Paginya kamu tetap bisa sekolah,” kataku
                                                                                              angguk  Wira



             116      Misteri Drumben Tengah Malam                                                                   Bab 15 Tahun yang Sibuk  117
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129