Page 67 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 67

Drum … drum … sayup-sayup aku mendengar suara   Papa dan Mama saling berpandangan, lalu mereka
 tabuhan drumben. Aku bangun dari ranjangku dan  menegakkan telinga, seperti kucing yang waspada adanya
 mendekatkan telinga ke jendela. Hujan sudah mulai reda,   bahaya.
 langit tak lagi bergemuruh. Namun, suara drumben itu
                   “Drumben apa? Papa dengar?” tanya Mama seraya
 malah semakin jelas.
               menoleh ke arah Papa.
 “Aneh, tak mungkin ada orang berlatih drumben
                   “Tak ada suara apa-apa,” sahut Papa.
 di tengah hujan,” batinku. Mendadak, bulu kudukku
 meremang. Baru kali ini aku merasa gentar akan sesuatu.   Duh, ini aneh! Masa hanya aku yang mendengarnya?
 Rasanya, suara drumben itu mengejarku. “Papa, Mama!”   Mengapa Papa dan Mama tidak bisa mendengar suara
 aku berlari turun dan menggedor kamar orang tuaku.  itu?
 “Faben? Ada apa?” Papa membuka pintu kamarnya   Mama mengelus-elus kepalaku. “Mungkin kau salah
 dengan setengah sadar setengah tidur.   dengar, Ben. Mungkin yang kau dengar itu suara guntur.
               Siapo pulo nak main drumben jam segini?”
 Aku tak menjawab dan menerobos masuk kamar. Aku
 langsung naik ke ranjang dan menyelinap di balik selimut.   “Ayolah, kita tidur lagi. Papa capek, butuh istirahat,”
               Papa menggeliat dan menguap lebar sekali. Matanya
 Mama  terkejut  melihatku.  “Eh,  kenapa  ini?”  tanya
               terpejam meski tubuhnya masih tegak duduk di atas
 Mama sambil mengucek matanya. Sementara itu, Papa
               ranjang.
 malah terlihat seperti mainan robot yang kehabisan
 baterai. Mondar-mandir dengan lemah, tatapannya  “Pa, bolehkah Faben tidur di sini? Faben enggak mau
 kosong dan sayu. Kalau kamu pernah melihat zombi di  di kamar sendirian,” rayuku. Semoga Papa mengizinkan.
   horr  Hollyw  y  seper    penampak   Sejak aku kecil, aku sudah dibiasakan tidur di kamar
 Papa.         terpisah dan harus menjaga kerapian kamarku sendiri.
 “Pa!” teriakku. Papa geragapan.  Papa mengangguk dengan mata yang masih terpejam
               dan mengambil bantal, guling serta selimutnya. Papa
 “Eh, ada apa? Kenapa kamu pindah ke sini?” tanya
               lalu mengalah tidur di lantai agar kami tak berdesakan di
 Papa sambil mengusap kasar wajahnya.
               ranjang. Tak berapa lama kemudian, kami semua kembali
 Sayup-sayup, aku masih mendengar suara drumben   tidur. Suara drumben tak lagi terdengar.
 itu. “Papa dan Mama dengar tidak, ada suara drumben di
                   Aku terbangun dengan kepala pusing. Mungkin
 luar?” tanyaku.
               karena semalam aku kurang tidur. Kulihat, Papa juga





 58  Misteri Drumben Tengah Malam           Bab 8 Lagi dan Lagi  59
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72