Page 78 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 78

mulutny  t    k  Wir  benar  acung
                                                                                            ayunan bilah bambu itu yang paling mengerikan.
                                                                                                “Pak, kami teman sekelas Gendhis. Kami hanya mau
                                                                                            ….” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, pria itu
                                                                                            ambruk ke tanah. Meski begitu, mulutnya terus meracau
                                                                                            dan memaki.

                                                                                                “Dasar anak tak tahu diri, tak mau menurut pada
                                                                                            bapakmu. Anak durhaka kau, Gendhis!”
                                                                                                Brak! Tiba-tiba pintu rumah Gendhis terbuka. Gendhis
                                                                                            keluar bersama Ndaru yang mengekor di belakangnya
                                                                                            dengan wajah ketakutan. Mata Gendhis berair, tangannya
                                                                                            mengepal kuat-kuat. “Bapak, pulanglah. Jangan ganggu
                                                                                            kami! Tolonglah, Pak. Jangan bikin malu aku di depan
                                                                                            teman-temanku,” Gendhis terisak. Ndaru menangis
                                                                                            keras. Suasana pun jadi mencekam.
                 Wira  mengkeret,  dia  bersembunyi  di  belakang                               Pria itu bangkit, tatapannya tajam memandang
             tubuhku. Ih, Wira kenapa, sih? Bukankah dulu dia pernah                        Gendhis. “Bapak akan pergi, kalau kau serahkan uang
                                                                                            PIPmu!” teriaknya.
             bilang ikut karate sampai ban biru? Jangan-jangan dia
             membual saja, bukan ban biru tetapi ban dalam.                                     Uang PIP? Oh, jadi Gendhis adalah penerima uang
                 Huh! Kusikut Wira sekuat tenaga. “Jangan sembunyi,                         dari Program Indonesia Pintar? Aku dengar uang PIP
                                                                                            memang baru saja dibayarkan.
             ayo kita bicara baik-baik pada bapak ini,” bisikku.
                                                                                                Gendhis menggeleng kuat-kuat. “Jangan, Pak.
                 “Wegah, ogah! Kowe   enggak takut? Senjatanya
                   mengerikan,  Wir                                                         Simbah sakit, Gendhis butuh uang itu untuk beli makanan
                                                                                            sehat. Belum lagi Gendhis ada biaya-biaya lain di sekolah,”
                 Aku memberanikan diri menatap sepasang mata
                                                                                                “Halah, bohong kamu. Lagipula Simbah kan sudah
             merah yang memelototiku. Sepertinya, pria yang mengaku
                                                                                            tua, ora perlu makanan sehat! Anak Bapak alias adikmu
             bapaknya Gendhis ini tidak dalam keadaan normal.
             Dia seperti orang mabuk. Gerakannya tak beraturan,






              70      Misteri Drumben Tengah Malam                                                             Bab 9 Ada Apa dengan Gendhis?  71
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83