Page 76 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 76

“Wira, ayo kita ke rumah Gendhis!” ajakku saat bel                             Wira tak menjawab omelanku, dia malah cengengesan.
             pelajaran terakhir berbunyi.                                                   Dia mengingatkanku pada Ryan, yang juga sering
                                                                                            cengeng  k  k  Bedanya    Wir
                 Wira mengiyakan sembari memberesi tasnya dengan
                                                                                            meski tonggos. Kalau Ryan, duh, kadang ada pucuk
             cepat. Namun, dalam sekejap dia tampak bingung.
                                                                                            ubi, kadang cabe, kadang secuil rendang! Aku heran
             “Bukankah hari ini ada latihan drumben? Awal bulan
                                                                                            kenapa bisa begitu. Bukankah sehabis makan kita harus
             nanti, kita sudah harus tampil di acara gelar seni sekolah
             kita,” kata Wira.                                                              menggosok gigi? Sepertinya itu tak berlaku pada Ryan.
                                                                                                “Heh, malah ngelamun! Ayo, katanya mau cepat
                 Aku melongok ke lapangan. Tidak ada siapa-siapa di
             sana. Coba, aku periksa dulu grup obrolan khusus ekskul                        k    Gendhis?  teg  Wira  K  ber
                                                                                            mengeluarkan sepeda dari tempat parkir sekolah, dan
             drumben. Aha, ada pemberitahuan dari pelatih kami.
                                                                                            mengayuhnya dengan cepat ke rumah Gendhis.
             Ternyata hari ini latihan ditiadakan. Alasannya karena
             Gendhis sebagai mayoret tidak hadir. Latihannya lusa                               Rumah Gendhis tertutup rapat. Bahkan, jendelanya
             saja, demikian kata pelatih.                                                   juga. Duh, jangan-jangan neneknya anfal? Jangan-jangan
                                                                                            Gendhis ke IGD? Lalu bagaimana dengan Ndaru? Anak
                 Oh,  ternyata  Gendhis   mengabarkan    ketidak
                                                                                            kecil kan tidak boleh ikut ke rumah sakit.
             hadirannya pada pelatih? Aku jadi penasaran. Apa yang
             terjadi pada Gendhis?                                                              “Permisi … Gendhis, Gendhis!” teriak Wira sembari
                 “Wir,  ayo  cepat.  Kita  ke  rumah  Gendhis  sekarang,”                   mengetuk pintu.
             kutarik  tangan  Wira  yang  pontang-panting  mengikuti                            “Assalamualaikum,” imbuhku. Tak ada jawaban.  Aku
             langkahku.                                                                     dan Wira menunggu cukup lama, sama sekali tidak ada
                                                                                            tanda-tanda  orang di rumah itu. Kami jadi putus asa, dan
                 “Ada apa sih? Kenapa kamu bersemangat sekali.
                                                                                            memutuskan untuk pulang saja. Namun ….
             Jangan-jangan,  kowe  naksir, yaaa? Jatuh cinta pada
                       c    g  Wira                                                             “Hei? Siapa kalian? Cah lanang-lanang  mau apa ke
                                                                                            sini? Pasti mau menggoda anakku, ya? Hus, sana pulang!
                 Langkahku seketika terhenti. Aku membalik tubuhku
             dan berkacak pinggang menghadap Wira. “Sembarangan!                            Pulang!” tiba-tiba saja seorang pria bermata merah dan
                                                                                            berambut   acak-acakan  mengacung-acungkan     bilah
             Awas saja kalau kamu menyebar gosip. Aku bukannya                                padak    Wira
             naksir, tetapi heran mengapa Gendhis absen? Apa kamu
             tidak penasaran? Kamu kan sahabatnya sejak SD? Kok                                 Anakku?  Berarti dia bapaknya Gendhis? Bukankah
             bisa sih kamu tak peduli?” omelku panjang lebar.                               Gendhis bilang bapaknya sudah meninggalkan rumah
                                                                                            dan tak pernah kembali?




              68      Misteri Drumben Tengah Malam                                                             Bab 9 Ada Apa dengan Gendhis?  69
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81