Page 79 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 79
mulutny t k Wir benar acung
ayunan bilah bambu itu yang paling mengerikan.
“Pak, kami teman sekelas Gendhis. Kami hanya mau
….” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, pria itu
ambruk ke tanah. Meski begitu, mulutnya terus meracau
dan memaki.
“Dasar anak tak tahu diri, tak mau menurut pada
bapakmu. Anak durhaka kau, Gendhis!”
Brak! Tiba-tiba pintu rumah Gendhis terbuka. Gendhis
keluar bersama Ndaru yang mengekor di belakangnya
dengan wajah ketakutan. Mata Gendhis berair, tangannya
mengepal kuat-kuat. “Bapak, pulanglah. Jangan ganggu
kami! Tolonglah, Pak. Jangan bikin malu aku di depan
teman-temanku,” Gendhis terisak. Ndaru menangis
keras. Suasana pun jadi mencekam.
Wira mengkeret, dia bersembunyi di belakang Pria itu bangkit, tatapannya tajam memandang
tubuhku. Ih, Wira kenapa, sih? Bukankah dulu dia pernah Gendhis. “Bapak akan pergi, kalau kau serahkan uang
PIPmu!” teriaknya.
bilang ikut karate sampai ban biru? Jangan-jangan dia
membual saja, bukan ban biru tetapi ban dalam. Uang PIP? Oh, jadi Gendhis adalah penerima uang
Huh! Kusikut Wira sekuat tenaga. “Jangan sembunyi, dari Program Indonesia Pintar? Aku dengar uang PIP
memang baru saja dibayarkan.
ayo kita bicara baik-baik pada bapak ini,” bisikku.
Gendhis menggeleng kuat-kuat. “Jangan, Pak.
“Wegah, ogah! Kowe enggak takut? Senjatanya
mengerikan, Wir Simbah sakit, Gendhis butuh uang itu untuk beli makanan
sehat. Belum lagi Gendhis ada biaya-biaya lain di sekolah,”
Aku memberanikan diri menatap sepasang mata
“Halah, bohong kamu. Lagipula Simbah kan sudah
merah yang memelototiku. Sepertinya, pria yang mengaku
tua, ora perlu makanan sehat! Anak Bapak alias adikmu
bapaknya Gendhis ini tidak dalam keadaan normal.
Dia seperti orang mabuk. Gerakannya tak beraturan,
70 Misteri Drumben Tengah Malam Bab 9 Ada Apa dengan Gendhis? 71