Page 77 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 77
“Wira, ayo kita ke rumah Gendhis!” ajakku saat bel Wira tak menjawab omelanku, dia malah cengengesan.
pelajaran terakhir berbunyi. Dia mengingatkanku pada Ryan, yang juga sering
cengeng k k Bedanya Wir
Wira mengiyakan sembari memberesi tasnya dengan
meski tonggos. Kalau Ryan, duh, kadang ada pucuk
cepat. Namun, dalam sekejap dia tampak bingung.
ubi, kadang cabe, kadang secuil rendang! Aku heran
“Bukankah hari ini ada latihan drumben? Awal bulan
kenapa bisa begitu. Bukankah sehabis makan kita harus
nanti, kita sudah harus tampil di acara gelar seni sekolah
kita,” kata Wira. menggosok gigi? Sepertinya itu tak berlaku pada Ryan.
“Heh, malah ngelamun! Ayo, katanya mau cepat
Aku melongok ke lapangan. Tidak ada siapa-siapa di
sana. Coba, aku periksa dulu grup obrolan khusus ekskul k Gendhis? teg Wira K ber
mengeluarkan sepeda dari tempat parkir sekolah, dan
drumben. Aha, ada pemberitahuan dari pelatih kami.
mengayuhnya dengan cepat ke rumah Gendhis.
Ternyata hari ini latihan ditiadakan. Alasannya karena
Gendhis sebagai mayoret tidak hadir. Latihannya lusa Rumah Gendhis tertutup rapat. Bahkan, jendelanya
saja, demikian kata pelatih. juga. Duh, jangan-jangan neneknya anfal? Jangan-jangan
Gendhis ke IGD? Lalu bagaimana dengan Ndaru? Anak
Oh, ternyata Gendhis mengabarkan ketidak
kecil kan tidak boleh ikut ke rumah sakit.
hadirannya pada pelatih? Aku jadi penasaran. Apa yang
terjadi pada Gendhis? “Permisi … Gendhis, Gendhis!” teriak Wira sembari
“Wir, ayo cepat. Kita ke rumah Gendhis sekarang,” mengetuk pintu.
kutarik tangan Wira yang pontang-panting mengikuti “Assalamualaikum,” imbuhku. Tak ada jawaban. Aku
langkahku. dan Wira menunggu cukup lama, sama sekali tidak ada
tanda-tanda orang di rumah itu. Kami jadi putus asa, dan
“Ada apa sih? Kenapa kamu bersemangat sekali.
memutuskan untuk pulang saja. Namun ….
Jangan-jangan, kowe naksir, yaaa? Jatuh cinta pada
c g Wira “Hei? Siapa kalian? Cah lanang-lanang mau apa ke
sini? Pasti mau menggoda anakku, ya? Hus, sana pulang!
Langkahku seketika terhenti. Aku membalik tubuhku
dan berkacak pinggang menghadap Wira. “Sembarangan! Pulang!” tiba-tiba saja seorang pria bermata merah dan
berambut acak-acakan mengacung-acungkan bilah
Awas saja kalau kamu menyebar gosip. Aku bukannya padak Wira
naksir, tetapi heran mengapa Gendhis absen? Apa kamu
tidak penasaran? Kamu kan sahabatnya sejak SD? Kok Anakku? Berarti dia bapaknya Gendhis? Bukankah
bisa sih kamu tak peduli?” omelku panjang lebar. Gendhis bilang bapaknya sudah meninggalkan rumah
dan tak pernah kembali?
68 Misteri Drumben Tengah Malam Bab 9 Ada Apa dengan Gendhis? 69