Page 11 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 11

Beragam irama alam itu sering menemani Jalu saat   Hutan Biuk dianggap sakral bagi warga Kampung
 membaca  buku,  mengerjakan  PR,  berenang  di  Sungai   Naga. Tidak satu pun orang boleh masuk, kecuali ada
 Ciwulan, atau kegiatan lain-nya di kampungnya yang sepi.   perayaan adat atau kepentingan tertentu. Sejak kecil,





 Pengganti  radio, pikir Jalu. Kadang, dia menjadikannya   Jalu  paham  pada  aturan  tersebut.  Namun,  seiring


 sebagai bahan tebak-tebakan.   bertambahnya usia, Jalu sering merasa penasaran dan
               sekaligus jengkel karena aturan yang mengekang.
  Wuwuwuuu… wuuu…
 “Burung hantu!” tebak Jalu, waktu bermain tebak-
 tebakan  dengan  Utari,  di  sela  mengerjakan  pekerjaan
 rumah.
 “Mana ada burung hantu berbunyi di siang hari. Dia
 kan  hewan  nokturnal,”  sanggah  Utari,  sambil  tertawa
 mencibir.
 Utari  adalah  sepupu  Jalu.  Rambutnya  keriting
 mengem-bang,  mengingatkan  Jalu  pada  pohon
 beringin yang tumbuh di dekat pintu parkir Kampung
 Naga, kampung halamannya. Lebat dan teduh. Matanya
 yang  tajam,  rahangnya  yang  tegas,  menambah  kesan
 cerdas dan tak mudah didebat.
 “Ada, lah. Kan di Hutan Biuk gelap. Jadi burung
 hantu  tetap  bangun  di  siang  hari,”  tangkis  Jalu  tak
 mau kalah.

 “Ih,  di  mana-mana  juga  namanya  nokturnal  teh
 bangunnya malam-malam,” sergah Utari tak mau kalah.

 Sayangnya,  Jalu  tak  selalu  bisa  melihat  wujud
 asli  pemilik  setiap  suara.  Ini  karena  aturan  adat
 melarangnya masuk ke dalam Hutan Biuk.



 2  Mengejar                                Perubahan Rencana   3
                                                     Bab 1
 Haruto
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16