Page 126 - qowaid
P. 126
QAWA’ID FIQHIYYAH
dapat diselamatkan. Sebab kemudharatan membedah
perut wanita hamil yang mati sebelum melahirkan lebih
ringan dibandingkan membiarkan bayi ikut meninggal.
4) Jika kaum muslimin tidak berdaya untuk melawan akibat
dikepung musuh dan tidak ada pilihan lain selain
menyerahkan harta mereka, maka memberikan harta
tersebut lebih ringan mafsadahnya daripada
menaruhkan nyawa demi harta.
j. Kaidah
ْ
ْ
ُ
ُ
ْ ُ
َ َ
ِةر ْ و ُ رَّضلا ةلزْنم ُلزْنَت ةصاَخلاوَا ةماعلا ةَجاَحلَا
ِ َ
ِ
َ
َ َ
َ
ِ
“Kebutuhan umum atau khusus dapat menduduki
tempatnya darurat”.
Berdasarkan kaidah cabang ini ada dua unsur yang perlu
dijelaskan terlebih dulu sebelum menjelaskan inti dari
kaidah ini yakni lafadz al-hajah dan al-dharurat. Dalam
ilmu ushul fiqh dijelaskan bahwa hendaknya seseorang
memelihara tiga kebutuhannya yaitu kebutuhan
dharuriyyah, hajiyyah, dan tahsiniyyah.
Kebutuhan pertama, kebutuhan dharuriyyah merupakan
kebutuhan primer yang jika tidak dipenuhi akan berakibat
pada kematian atau rusaknya fungsi badan seseorang.
Kebutuhan kedua, kebutuhan hajiyyah adalah kebutuhan
sekunder artinya kebutuhan yang tidak akan
menyebabkan kematian apabila tidak terpenuhi hanya
saja menimbulkan kesulitan pada seseorang. Kebutuhan
ketiga, kebutuhan tahsiniyyah adalah kebutuhan tersier
artinya kebutuhan yang dapat menjadikan kehidupan
manusia menjadi lebih baik tetapi masih berada dalam
batasan syara’.
Pada dasarnya dalam keadaan al-dharurat terdapat
bahaya yang muncul serta perbuatan yang dilanggar
berupa perbuatan yang haram li dzatihi seperti memakan
daging babi. Sedangkan dalam keadaan al-hajah hanya
berupa kesulitan atau kesukaran yang muncul serta
perbuatan yang dilanggar berupa perbuatan yang haram li
ghairihi. Kebolehan melanggar perbuatan yang haram
inilah menyebabkan kedudukan al-hajah diletakkan pada
posisi ad-dharurat.
115