Page 121 - qowaid
P. 121

QAWA’ID FIQHIYYAH



                          Di bawah ini contoh-contoh dari kaidah cabang tersebut:
                          1)  Orang  yang  hanya  memiliki  kemampuan  membaca
                             sebagian ayat dari surat al-fatihah ketika shalat, maka ia
                             wajib membaca sebagian ayat yang ia hafal atau ketahui
                             ketika mengerjakan shalat.
                          2)  Seseorang yang sebagian anggota tubuhnya terpotong,
                             maka  ketika  bersuci  wajib  baginya  membasuh  bagian
                             tubuh yang masih tersisa.
                          3)  Seseorang  wajib  berdiri  ketika  shalat.  Namun  apabila
                             tidak mampu berdiri maka shalat dengan duduk, apabila
                             tidak mampu, maka dengan berbaring.
                          4)  Dalam  shalat,  seseorang  wajib  berdiri  mulai  rakaat
                             pertama  samapi  rakaat  terakhir.  Namun,  jika  ia  hanya
                             mampu  berdiri  pada  sebagian  rakaat,  maka  kewajiban
                             berdiri  hanya  pada  rakaat  yang  ia  mampu.  Kemudian
                             untuk rakaat yang lain, bisa dilakukan dengan duduk jika
                             memang sudah tidak mampu lagi berdiri.
                          5)  Apabila seseorang melihat suatu kemungkaran dan tidak
                             mampu  menghilangkannya,  maka  wajib  baginya
                             meringankan       atau      menghilangkan        sebagian
                             kemungkaran tersebut karena memang ia hanya mampu
                             sebagian.
                         f.  Kaidah
                                                              ْ
                                                           ريَغلا َّقَح ُلِطْبُي  ُ رارِطْض ِلَا
                                                                                     ْ
                                                            ْ
                                                                             َ
                             “Keterpaksaan  itu  tidak  dapat  membatalkan  hak  orang
                           lain”.
                           Kaidah  cabang  ini  menjelaskan  suatu  hak  yang  sudah
                           menjadi milik orang lain meskipun dalam kondisi terpaksa
                           (itthirar)  ini  tidak  bisa  batal.  Seandainya  keterpaksaan
                           (itthirar)  dapat  membatalkan  hak  orang  lain,  tentu  akan
                           melenyapkan  suatu  bahaya  dan  berganti  dengan  bahaya
                           lain. Dengan demikian, yang terjadi bukanlah pelenyapan
                           akan  tetapi  hanya  perpindahan  dari  suatu  bahaya  ke
                           bahaya lain.
                           Adapun contoh dari kaidah cabang ini sebagai berikut:
                           1) Orang  yang  merasa  terganggu  dengan  adanya  suara
                              hewan ternak milik tetangganya. Dalam kasus ini orang
                              tersebut  terpaksa  menyembelih  hewan  ternak  milik
                              tetangganya sebab ia merasa sangat terganggu dengan
                              hewan  ternaknya  yang  kerap  kali  bersuara  keras.


                                                   110
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126