Page 117 - qowaid
P. 117
QAWA’ID FIQHIYYAH
a. Kaidah
ْ
ُ
ِتار ْ وظْحملا ُحْيبُت ُتار ْ و ُ رَّضلَا
َ
ِ
َ
َ
“Kemudharatan-kemudharatan itu dapat
memperbolehkan keharaman”.
Batasan kemudharatan adalah suatu hal yang mengancam
eksistensi manusia yang terkait dengan lima tujuan, yaitu
memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal,
memelihara keturunan dan memelihara kehormatan atau
harta benda.
Sebagaimana aplikasi dari kaidah cabang ini, di sini
terdapat beberapa contoh:
1) Memecahkan kaca transportasi umum seperti bus,
kereta, dan pesawat. Hal ini boleh dilakukan untuk
menyelamatkan diri saat kendaraan mengalami kondisi
darurat. Sebab jika kaca tidak dipecahkan dikhawatirkan
para penumpang terjebak di dalam transportasi itu dan
nyawanya terancam.
2) Seseorang dengan keadaan kelaparan dan tidak
ditemukannya makanan halal. Pada konteks ini
seseorang diperbolehkan memakan makanan yang
haram. Mengingat keadaan orang itu kritis sampai
mendekati kematian dan mengharuskan untuk segera
makan. Akan tetapi tentu makan sekedar untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
3) Dokter membuka aurat pasien dalam rangka
pengobatan. Dalam kasus ini, diperbolehkan membuka
aurat pasien yang pada awalnya diharamkan melihat
kondisinya yang tidak memungkinkan dan memang
mengharuskan membuka aurat. Dengan catatan hanya
sesuai kadar kebutuhan dan tidak lebih dari itu.
b. Kaidah
ُ
اَهرَدَقب ُ رَّدَقُي ِتار ْ و ُ رَّضلِل عْيبأام
َ ِ َ
َ
ِ ِ
“ Apa yang dibolehkan karena darurat diukur sekadar
kedaruratannya”.
Sesuatu yang dilakukan karena madharat, maka
diperbolehkan melakukan secukupnya, sesuai kadar yang
106