Page 112 - qowaid
P. 112

QAWA’ID FIQHIYYAH



                                                                      BAB 6


                                                                 KAIDAH KEEMPAT

                                                                          ُلاَزُي  ُ ررَّضلا
                                                                                َ
                       “Kemudharatan (harus) dihilangkan”
                      A. Tujuan Pembahasan
                         a.  Mengetahui  kaidah  keempat  dari  sudut  pengertian
                           maknanya.
                         b.  Mengerti  dasar  hukum  yang  digunakan  dalam  kaidah
                           tersebut baik dari al-qur’an maupun hadist.
                         c.  Mengetahui  contoh-contoh  dari  penerapan  kaidah
                           tersebut.
                         d. Mengetahui kaidah-kaidah cabang dari kaidah tersebut.

                      B. Penjelasan Kaidah
                                             َ
                              Kaidah    ُلاَزُي ُ ررَّضلا  ini  memiliki  pengertian  bahwa
                       kemudharatan yang terjadi harus dihilangkan. Kaidah tersebut
                       juga berarti bahwa segala sesuatu yang mendatangkan bahaya
                       hendaknya  dihilangkan.   Izzuddin  Ibn  Abd  al-Salam
                                                  83
                       mengatakan  bahwa  tujuan  syariah  itu  adalah  untuk  meraih
                       kemaslahatan dan menolak kemafsadatan. Dengan kata lain,
                       kaidah  tersebut  di  atas  kembali  kepada  tujuan  untuk
                       merealisasikan  maqashid  al-syari’ah  dengan  menolak  yang
                       mafsadah,  dengan  cara  menghilangkan  kemudharatan  atau
                       setidaknya meringankannya.
                             Kaidah  tersebut  di  atas  sering  diungkapkan  dengan
                       hadits nabi yang diriwayatkan dari berbagai jalur sanad:
                                                                     رارض َلَو ررَضَلَ
                                                                  َ َ ِ
                                                                            َ َ َ
                         “Tidak  boleh  memberi  mudarat  dan  membalas
                         kemudaratan”
                         Di  kalangan  ulama  ada  perbedaan  mengenai  perkataan
                         dharar dan dhirar antara lain:
                         a.  Al-Husaini memberikan arti dharar dengan “bagimu ada
                           manfaat  tapi  bagi  tetanggamu  ada  madarat”.  Sedangkan




                   83  Ibrahim Muhammad Mahmud al-Hariri, al-Madkhal Ila al-Qawa’id Fiqhiyyah
                   al-Kulliyyah, hlm. 92.
                                                   101
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117