Page 108 - qowaid
P. 108
QAWA’ID FIQHIYYAH
menjelaskan bahwa meneruskan suatu perbuatan yang
awalnya sudah ada maka ada kelonggaran dalam
mengerjakannya atau diperbolehkan. Sedangkan apabila
memulai dari awal ini yang hukumnya menjadi terlarang.
Berbeda dengan kaidah ini yakni seseorang yang pada
mulanya tidak mengetahui suatu hukum bahwa apa yang
telah dilakukannya itu ternyata dilarang, maka untuk
seterusnya tidak boleh melakukan hal tersebut setelah
mengetahui hukumnya.
Contoh penerapan dari kaidah tersebut antara lain:
1) Kebiasaan Joni yang minum minuman keras sebelum
masuk Islam. Meskipun telah muallaf Joni tetap minum
minuman keras karena itu sudah menjadi kebiasaannya
sebelum memeluk agama Islam. Dalam hal ini Joni
dimaafkan sebab ketidaktahuannya. Namun setelah tahu
bahwa minuman keras dalam agama Islam itu dilarang
dan haram hukumnya, maka seketika itu ia harus
meninggalkan dan menghentikan kebiasaan lamanya
yakni minum minuman keras.
2) Menikahi saudara kandung. Setelah berpisah cukup lama
antara adik dan kakak akhirnya mereka bertemu saat
sama-sama sudah dewasa dan tidak saling mengenal satu
sama lain. Seiring berjalannya waktu tumbulah rasa cinta
diantara keduanya. Mereka sepakat untuk menikah.
Namun setelah beberapa tahun baru diketahui bahwa
antara kakak dan adik tersebut ternyata saudara
kandung. Berdasarkan kaidah ini, seketika itu
pernikahannya batal dan harus berpisah. Sesuatu yang
awalnya diperbolehkan namun untuk selanjutnya
dilarang.
j. Kaidah
َّ
اَهرْيَغ ىِف ُ رَفَتْغُي َلَ ام عباوتلا ىِف ُ رَفَتْغُي
َ
ِ
ِ َ
ِ
“Dapat dimaafkan pada hal yang mengikuti dan tidak
dimaafkan pada yang lainnya” .
Maksud dari kaidah ini adalah hanya sesuatu yang sifatnya
mengikuti yang dapat dimaafkan dan bukan pada sesuatu
yang selain daripada hal tersebut.
97