Page 107 - qowaid
P. 107
QAWA’ID FIQHIYYAH
dalam menjalankan syariat sebab hukum yang diberikan
sudah terperinci.
Contoh penerapan dari kaidah tersebut antara lain:
1) Kasus memakai wangi-wangian saat ihram. Seseorang
yang hendak melaksanakan ihram dilarang memakai
wangi-wangian. Ada sebuah permasalahan manakala
seseorang tanpa sengaja meletakkan pakaian ihramnya
bercampur dengan pakaian lain yang sebelumnya
pakaian tersebut diberi wangi-wangian. Secara otomatis
pakaian ihram menjadi wangi sebab bercampur dengan
pakaian lain yang memang sebelumnya diberi wangi-
wangian. Oleh karena itu hal ini bukan termasuk
pelanggaran ibadah ihram karena adanya unsur
ketidaksengajaan serta berdasarkan kaidah ini memulai
ibadah ihram itu lebih kuat daripada memulainya.
2) Larangan shalat sunnah ketika iqomah dikumandangkan.
Seseorang yang hendak mengerjakan shalat sunnah
ketika iqomah sudah dikumandangkan ini tidak
dianjurkan. Namun, apabila seseorang memulainya
sebelum iqomah dikumandangkan lantas pada saat
iqomah, ia pada bilangan rakaat kedua maka hendaknya
dilanjutkan hingga salam dan tidak boleh memutusnya.
3) Tidak boleh mengadakan akad nikah saat ihram.
Seseorang yang sedang menjalankan ihram dilarang
menikah atau dinikahkan karena apabila seseorang
mengadakan akad nikah pada saat ihram maka nikahnya
tidak sah. Namun apabila seorang suami yang telah
menceraikan istrinya, lalu ia berniat ihram, kemudian
terbesit dalam hati seorang suami untuk merujuk
istrinya tersebut, maka diperbolehkan bagi sang suami
untuk meruju,. Ruju’ disini bukanlah memulai akad nikah
baru melainkan melanjutkan akad nikah yang sudah ada.
i. Kaidah
ْ
ماوَّدلا ىِف ُ ر َفَتْغُي َلَ ام ِءاَدِتْبلإا ىِف ُ رَفَتْغُي
َ
ِ َ
ِ
“Dimaafkan pada permulaan tapi tidak dimaafkan pada
kelanjutannya” .
Kaidah ini merupakan kaidah yang memiliki pengertian
sebaliknya dari kaidah di atas. Kaidah sebelumnya
96