Page 120 - qowaid
P. 120
QAWA’ID FIQHIYYAH
kebijakan pemerintah diharapkan tidak timbul bahaya
(dharar) seperti kenaikan harga.
2) Diperbolehkan memecat seorang dokter yang tidak
memiliki skill di bidangnya karena dikhawatirkan akan
mengancam keselamatan jiwa akibat dari tindakan
medis yang dilakukannya.
3) Penjual senjata dilarang menjual senjata ketika terjadi
peperangan. Apabila itu dilakukan, maka bahaya akan
semakin luas serta menyebabkan permusuhan tak
kunjung damai.
4) Seorang penjual tidak boleh menjual anggur atau bahan
lain yang dapat dijadikan bahan minuman keras atau
memabukkan kepada pembeli yang diyakini akan
membuat minuman yang memabukkan dari bahan yang
dibeli. Hal ini bertujuan agar produksi dan distribusi
peredaran minuman keras tidak semakin meluas.
5) Diperbolehkan membunuh ahli sihir yang
membahayakan keselamatan umat manusia atau orang
kafir yang menjerumuskan umat manusia kepada
kekufuran.
e. Kaidah
ْ
ْ
ر ْ وُسْعمل اب ِ ُ طَقْسُيَلَ ُ ر ْ وُسْيملَا
َ
ِ
َ
“Kemudahan itu tidak dapat digugurkan dengan kesulitan”
Berdasarkan kaidah ini dikatakan bahwa dalam
pelaksanaan perintah apabila seseorang tidak mampu
mengerjakannya secara sempurna bukan berarti ia tidak
berkewajiban mengerjakannya. Akan tetapi harus
mengerjakannya sebatas kemampuan yang dimiliki.
89
Kaidah ini juga mengacu pada firman Allah surat al-
Taghabun ayat 16:
َ
ُ َّ
مُتْعطَتْس ام َهللا ا ْ وقت اَف
ْ
َ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu”
Di samping itu juga berdasarkan hadits Rasulullah yang
artinya: “sesuatu yang aku larang hendaklah kalian
tinggalkan, dan apa yang aku perintahkan maka
kerjakanlah semampu kalian.”
89 Shalih Ibn Ghanim as-Sadlan, al-Qawaid al-Fiqhiyyah al-Kubro, (Riyadh: Dar al-
Balansiyyah, 1417 H), hlm. 298.
109