Page 47 - qowaid
P. 47

QAWA’ID FIQHIYYAH





                      Kaidah Pertama
                                                                                   ُ
                                                                   اَهِدصاَقِمب  ُ ر ْ وُملأا
                                                                        ِ
                                                                             ِ
                       “Setiap perkara tergantung pada niatnya”
                                                        ُ ْ
                                           ِ
                                               َ ِ
                              Kaidah  اَهِدصاَقمب  ُ ر ْ وُملَا  ini  memiliki  makna  yaitu
                       segala  sesuatu  yang  berkaitan  dengan  perbuatan  manusia
                       mulai  dari  perkataan  sampai  pada  tingkah  laku  manusia
                       tersebut, semuanya digantungkan kepada niat daripada orang
                       yang  melakukan  perbuatan.  Karena  suatu  niat  itu  sangat
                       penting  untuk  melihat  bagaimana  kualitas  atau  makna
                       perbuatan  seseorang.  Apakah  dia  melakukan  perbuatan
                       tersebut niatnya semata-mata hanya untuk beribadah kepada
                       Allah dengan melakukan perbuatan yang diperintahkan atau
                       yang disunnahkan atau yang dibolehkan oleh agama atau dia
                       melakukan  perbuatan  tersebut  bukan  dengan  niat  kepada
                       Allah, tetapi semata-mata karena kebiasaan saja. Dengan kata
                       lain,  niat  atau  motif  yang  ada  dalam  hati  nurani  seseorang
                       sewaktu melakukan suatu perbuatan menjadi tolok ukur amal
                       yang ia lakukan.
                              Berdasarkan kaidah tersebut, baik pahala maupun dosa
                       sangat  bergantung  pada  niat  seseorang.  Ulama  fiqh  sepakat
                       bahwa  apabila  seseorang  berniat  akan  melakukan  suatu
                       perbuatan baik namun belum mampu untuk menunaikannya
                       disebabkan sebuah masyaqqah atau keadaan tertentu, maka ia
                       akan tetap mendapat pahala. Dalam konteks lain, ulama fiqh
                       juga sepakat bahwa seseorang akan mendapat dosa jika salah
                       dalam niat.
                              Misalnya apabila ada orang yang berkunjung ke rumah
                       saudaranya  lalu  orang  tersebut  mengobrol  dengan
                       saudaranya, maka ia akan mendapatkan pahala ibadah apabila
                       berkunjungnya  ke  rumah  saudara  itu  ia  niatkan  untuk
                       bersilaturrahmi.  Namun  apabila  ia  berkunjung  ke  rumah
                       saudaranya dengan niat untuk menggunjing orang lain maka ia
                       dan  saudaranya  akan  mendapat  dosa.  Oleh  karena  itu
                       sebaiknya  melakukan  segala  sesuatu  dengan  niat  yang  baik
                       semata-mata untuk beribadah kepada Allah.





                                                   36
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52