Page 162 - THAGA 2024
P. 162
Tak juga kutemukan, aku kembali ke sofa untuk
menyambung mimpi. Bersamaan dengan suara pintu terbuka.
Aku melihat wajah putih Rina yang berpeluh tampak segar.
Rambutnya diikat kuncir kuda dengan airpods putih tertanam
menghiasi telinganya. Tubuhnya dibalut outfit sport tank warna
blue navy dipadu running pants warna senada motif berlian,
mungkin habis nge-gym. Namun, saat semakin mendekat, aku
melihat bekas merah sebesar koin di leher jenjangnya. Padahal
semalam aku perhatikan bersih.
“Selamat pagi, Sayang. Sudah bangun? Bagaimana
tidurnya? Nyenyak?” sapanya ramah dengan senyum
terkembang cerah.
“Pagi, Rin,” balasku singkat dengan mata yang masih
redup, tapi teliti. “Dari mana?”
“Olahraga, dong. Sekalian ambil barang Kakak.” Tangannya
menangkup paper bag. “Ini HP sama bajunya Kak Gal,” katanya
sambil berjalan meletakkan paper bag di meja. “Belum di makan
sarapannya? Oiya bentar Rina ambilkan face towel.”
Aku segera duduk lalu merogoh isi papper bag untuk
menyambar gawai. Rasa-rasanya tak mampu hidup tanpanya,
separuh hidupku tersimpan di dalam genggaman sini.
“Terimakasih, ya, Rin,” kataku sembari menatap layar gawai
yang banyak panggilan masuk terlewat. Segera kubuka pesan
Whatsapp paling atas dengan nama kontak Nabila.
“Mas Gal, maaf merepotkan apa bisa jemput saya? Saya di
pom bensin terminal Arjosari tempat pertama dulu kita ketemu.
Hari inisaya batal hadirsidang mediasi. Hati saya belum cukup
kuat. Pengen bunuh diri saja rasanya, dari pada nanggung luka
begini.”
Aku tertegun kala mencerna isi pesan, bersamaan dengan
kedatangan Rina yang langsung duduk di sampingku. Parfum
154 THAGA
GALGARA