Page 163 - THAGA 2024
P. 163
segar campur keringatnya menguar, aku hirup aroma segar
sitrus dengan wangi lembut akar wangi yang dibalut oleh warm
musk, dan sedikit aroma kayu cedar.
“Sini, Sayang biar aku bersihkan dulu wajahnya.” Tangannya
telaten mengusap wajahku dengan handuk hangat. “Kak Gal
kalo tidur cute banget wajahnya, sering mendengkur juga, ya?
Kecapean pasti.”
Perlakuan yang sweet, betik hatiku. “Terimakasih, ya, Rin.
Aku kalo kecapean pasti mendengkur. Keras banget, kah?
Aku gak sadar, sampai bablas belum subuhan,” kataku sambil
menaip pesan. “Assalamualaikum, Nab, oke kurang lebih 30
menit aku nyampe sana. Gak usah ngelakuin yang aneh-aneh!”
Aku kirim balasan pesan.
“Dengkurannya halus, kok. Tadi mau Rina bangunin buat
subuhan gak tega, jadi ya, Rina biarin saja sebangunnya
Kakak. Oiya, Kak, nasgornya dimaem dulu keburu dingin! Rina
masakin spesial buat Kak Gal, loh.” Aku tak merespon dan
sibuk membalas semua pesan penting di gawai. “Pagi-pagi
sudah sibuk banget, ya? Mau sambil Rina suapin?”
Ah ini yang aku tunggu , batinku. “Iyah boleh banget. Spesial
itu ketika dimasakin sekalian disuapin. Kamu udah bener, kok,
gak bangunin aku Rin, biar bangun sebangun-bangunnya.
Jangan dibangunin mendadak kecuali urgent, soalnya bakal
kaget lalu pusing. Soal subuhan biar aku qadla saja, toh, orang
kalo tidur itu kan termasuk udzur.”
“Yaudah sambil Rina suapin, ya. Ini merahnya saus tomat,
kok, bukan saus cabe. Kak Gal gak bisa pedes, kan? Hak.”
Jemari lentiknya telaten menyuapkan sesendok nasi.
Mulutku segera melahap nasgor buatannya. Rasa saus
tiram dan kecap asin tercecap di lidah, harum telur ayam
bertemu daun bawang menggugah selera makan, harusnya ini
THAGA 155
GALGARA