Page 250 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 250

Untuk mencapai    tujuan di  atas, negara-negara  anggota  menetapkan
              5 prinsip, yaitu;  1) persamaan mutlak antarnegara-negara     anggota, 2)
              menghormati hak menentukan nasib sendiri, tidak campur tangan atas urusan
              dalam  negeri  negara  lain, 3) menghormati  kemerdekaan, kedaulatan dan
              integritas  wilayah setiap negara, 4) penyelesaian sengketa  yang mungkin
              timbul  melalui  cara-cara  damai  seperti  perundingan, mediasi, rekonsiliasi
              atau arbitrasi, 5) abstain dari  ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap
              integritas wilayah, kesatuan nasional atau kemerdekaan politik suatu negara.
                  Konferensi para kepala negara/pemerintahan (Konferensi Tingkat Tinggi/
              KTT) merupakan badan otoritas    tertinggi  dalam  organisasi. Semula  badan
              tersebut mengadakan sidangnya apabila kepentingan umat Islam memandang
              perlu untuk mengkaji  dan mengkoordinasikan mengenai      masalah-masalah
              yang menyangkut    kepentingan dunia  Islam. Tetapi  pada  KTT  III OKI di
              Mekah, bulan Januari  1981, ditetapkan bahwa   KTT  diadakan sekali  dalam
              tiga tahun untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan diambil OKI.
                  Sedangkan untuk Konferensi   Para  Menteri  Luar Negeri  (KTM), sesuai
              dengan artikel V Piagam OKI diadakan sekali dalam setahun bertempat di salah
              satu negara  anggota. Pertemuan yang dihadiri  oleh para  menteri  luar negeri
              tersebut  akan memeriksa  dan menguji  “progress  report”  dari  implementasi
              atas keputusan-keputusan dari kebijakan yang diambil pada pertemuan KTT.
                  Sesuai artikel VIII Piagam OKI yang menyangkut keanggotaan dijelaskan
              bahwa organisasi terdiri atas negara-negara Islam yang turut serta dalam KTT
              yang diadakan di Rabat dan KTM-KTM (Konferensi Para Menteri Luar Negeri)
              yang diselenggarakan di Jedah (Maret 1970), Karachi (Desember 1971) serta
              yang menandatangani piagam. Kriteria yang dirancang oleh Pantia Persiapan
                   I
              KTT adalah “Negara     Islam”  adalah negara  yang konstitusional  Islam  atau
              mayoritas penduduknya Islam. Semua negara muslim dapat bergabung dalam
              OKI.
                  Pada  tahun-tahun pertama  kedudukan Indonesia    dalam  OKI menjadi
              sorotan baik di  kalangan OKI sendiri  maupun di  dalam  negeri. Indonesia
              menjelaskan kepada   OKI bahwa    Indonesia  bukanlah negara  Islam  secara
              konstitusional atau tidak turut sebagai penandatangan Piagam. Tetapi Indonesia
              telah turut serta sejak awal (Indonesia hadir pada KTT I OKI di Rabat Maroko)
              dan juga salah satu negara pertama yang turut berkecimpung dalam kegiatan
              OKI, kedudukan Indonesia disebut sebagai “Partisipan aktif”. Status, hak dan
              kewajiban Indonesia sama seperti negara-negara anggota lainnya.
                  Pada  awalnya, partisipasi  Indonesia  dalam  OKI sangat  terbatas, bahkan
              keanggotaan Indonesia dalam OKI sempat menjadi perdebatan, baik di dalam
              OKI maupun oleh kalangan dalam     negeri.  Ketika  Piagam  OKI dihasilkan



              242  Kelas XII SMA/MA
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255