Page 254 - Kelas_12_SMA_Sejarah_Indonesia_Semester_1_Siswa_2016
P. 254

persenjataan. Untuk itu, sejak 1 Agustus 1957, Ir. Djuanda mengangkat Mr.
              Mochtar Kusumaatmadja     untuk mencari  dasar hukum   guna  mengamankan
              keutuhan wilayah RI. Akhirnya, ia memberikan gambaran ’asas archipelago’
              yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Internasional pada 1951 seperti yang
              telah dipertimbangkan oleh RUU     sebelumnya   namun tidak berani   untuk
              menerapkannya   dalam   hukum  laut  Indonesia. Sebagai  alternatif terhadap
              RUU itu, disusun konsep ’asas negara kepulauan’.
                  Dengan menggunakan ’asas      archipelago’  sebagai  dasar hukum   laut
              Indonesia, maka Indonesia akan menjadi negara kepulauan atau ’archipelagic
              state’ yang merupakan suatu eksperimen radikal dalam sejarah hukum laut dan
              hukum tata negara di dunia. Dalam sidang 13 Desember 1957, Dewan Menteri
              akhirnya memutuskan penggunaan ’Archipelagic State Principle’ dalam tata
              hukum di Indonesia, yaitu dengan dikeluarkannya ’Pengumuman Pemerintah
              mengenai  Perairan Negara   Republik Indonesia’. Dalam   pengumuman itu,
              pemerintah menyatakan bahwa semua perairan di sekitar, di antara, dan yang
              menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk daratan Negara
              Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas      atau lebarnya  adalah
              bagian dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian
              merupakan bagian dari   perairan nasional  yang berada  di  bawah kedaulatan
              mutlak Negara Republik Indonesia. Isinya adalah:

                  ”segala  perairan di  sekitar, di  antara  dan yang menghubungkan pulau-
                  pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara    Republik
                  Indonesia, dengan tidak memandang luas    atau lebarnya  adalah bagian-
                  bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia
                  dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan nasional yang
                  berada di bawah kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia.
                  Lalu-lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing
                  dijamin selama   dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu
                  kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia”.
                  Dalam peraturan, yang akhirnya dikenal dengan sebutan Deklarasi Djuanda,
              disebutkan juga bahwa batas laut teritorial Indonesia yang sebelumnya tiga mil
              diperlebar menjadi  12 mil  diukur dari  garis  yang menghubungkan titik-titik
              ujung terluar pada pulau-pulau dari wilayah negara Indonesia pada saat air laut
              surut. Dengan keluarnya pengumuman tersebut, secara otomatis Ordonantie
              1939 tidak berlaku lagi dan wilayah Indonesia menjadi suatu kesatuan antara
              pulau-pulau serta laut yang menghubungkan antara pulau-pulau tersebut.

              Dalam   Deklarasi  Djuanda   terkandung suatu konsepsi     negara  maritim
              “Nusantara”, yang melahirkan konsekuensi     bagi  pemerintah dan bangsa





              246  Kelas XII SMA/MA
   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259