Page 61 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 61

SEMINAR NASIONAL 2017
               Malang 10 April 2017

                  PERBANDINGAN PENDAPATAN SETELAH PENGURANGAN BIAYA PAKAN
                   (INCOME OVER FEED COST) PERSILANGAN  BANGKOK-BURAS DENGAN
                                         AYAM RAS KOMERSIAL JANTAN

                                  Hananik Prasetyo, Abdul muksid  dan Setya Handayani

                                         Jurusan Penyuluhan Peternakan STPP Malang

                          Korespondensi Penulis: Hananik Prasetyo, hananik.prasetyostpp@gmail.com


                                                         Abstrak

               Penelitian dengan menggunakan 40 ekor ayam yang terdiri dari ayam persilangan Bangkok  –Buras
               dan ayam ras komersial kelamin jantan. Variabel yang diamati pada studi ini adalah rata-rata bobot
               badan, konsumsi pakan, harga ayam dan harga pakan, penerimaan setelah pengurangan biaya pakan
               atau  Income  Over  Feed  Cost  (IOFC).  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  IOFC  ayam  komersial
               berkelamin  jantan  lebih  tinggi  bila  dibandingkan  dengan  persilangan  Bangkok-Buras,  karena
               konsumsi pakan kedua jenis ayam sama, namun bobot badan lebih tinggi pada ayam ras komersial
               berkelamin jantan serta harga yang relative seragam.

               Kata kunci :   Income  Over  Feed  Cost  (IOFC),  Persilangan  Ayam  Bangkok-buras,  Ayam  ras
                            komersial kelamin jantan.


               1.  Pendahuluan

                      Pertumbuhan permintaan industri kuliner berbasis ayam buras di Kota Malang sudah
               tidak bisa diimbangi lagi dengan kecepatan produksinya oleh peternak di daerah penyangga
               (Kabupaten Malang, Blitar dan Tulungagung).  Harga ayam buras hidup di pasar produsen
               relative tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan secara intensif.   Satu per satu peternak
               dengan skala kecil dan tidak memiliki sumber pakan murah gulung tikar dan kembali pada
               pemeliharaan  ekstensif  dengan  mengandalkan  sampah  dapur  dan  sisa  hasil  pertanian
               (bekatul). Waktu pemeliharaan yang relatif lama, efisiensi pakan yang relative sangat  rendah,
               merupakan  pemicu  berkembangnya  persilangan  ayam  buras  dengan  ayam  jenis    (breed)
               tertentu dengan harapan pertumbuhan cepat, efisien terhadap pakan dan waktu panen  yang
               relative cepat pula.
                      Teknik  persilangan  oleh  masyarakat  akhir-akhir  ini  merupakan.  upaya  untuk
               meningkatkan  produktivitas  ayam  buras,  yang  memiliki  kemampuan  adaptasi  dengan
               lingkungan fisik (suhu, kelembaban dan curah hujan) serta dengan situasi pemeliharaan yang
               ada.
                      Penggunaan ayam ras komersial kelamin jantan merupakan upaya para pelaku pasar
               ayam buras dan industri kuliner untuk tujuan substitusi ayam buras.  Hal ini tampaknya masih
               diterima  oleh  konsumen  industri  kuliner  dengan  bahan    baku  ayam  buras.    Ayam  ras
               komersial kelamin jantan mempunyai pertumbuhan yang relative rendah, bila dibandingkan
               dengan ayam ras potongan.  Pada umur 2 tahun bobot badan ayam ras jantan baru mencapai 2
               kg.
                      Penelitian ayam persilangan ayam Bangkok  dengan ayam buras lokal dilakukan oleh
               Rahayu,  Widodo  dan  Sarunggalo  (2010)  di  daerah  Papua  Irian  Jaya.    Hasil  penelitian
               menunjukkan  bahwa  rata-rata  pertambahan  bobot  badan  mingguan  persilangan  ayam
               Bangkok dengan ayam buras sangat nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam buras.
               Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pertambahan bobot badan tertinggi pada



                                “Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”     50
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66