Page 131 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 131
Pembangunan| 111
untuk suatu daerah/wilayah, tetapi sangat merugikan untuk wilayah
lain karena karakteristik khas teknologi tersebut. Daerah di mana
sumber daya manusianya melimpah, masyarakatnya banyak yang
menganggur, dan tingkat upahnya yang sangat rendah, maka
teknologi yang bersifat capital intensive tentu tidak cocok. Akan lebih
banyak persoalan yang dapat diselesaikan kalau teknologi yang
dipilih dan digunakan adalah teknologi yang bersifat labour
intensive, sehingga tenaga kerja yang berlimpah dapat dinaikkan
nilai tambahnya (Fatah, 2007; 302).
Petani tanaman padi di desa Bangunjiwo bukannya tidak
diperkenalkan dengan penggunaan teknologi dalam pertanian
mereka. Para petani sudah sangat akrab dengan penggunaan
teknologi pertanian tersebut. Bahkan sampai saat ini masih banyak
petani yang tetap menggunakannya. Namun sejak berkembangnya
pertanian organik ini berlahan-lahan petani mulai mengurangi
pemakaiannya, khususnya petani yang menjadi Kelompok Tani
Marsudi Asih. Kelompok ini sudah sangat mengurangi penggunaan
pupuk buatan dan penggunaan pestisida dalam pertaniannya. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Dullah Prayitno dan Pak
Kartijo:
“Semua anggota Kelompok Tani Marsudi
Asih menggunakan pupuk kandang
untuk melakukan pemupukan di lahan
pertaniannya. Karena kalo menggunakan
pupuk kandang daun padinya hijaunya
awet (tahan lama) dan tanahnya menjadi
gembur”.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pupuk kandang yang
mereka gunakan pada pertaniannya berasal dari kotoran sapi yang
mereka ternakkan sendiri. Selain bertani, anggota Kelompok Tani
Marsudi Asih juga beternak sapi dengan cara digemukkan.
Penggemukkan sapi ini merupakan bantuan dari pemerintah
Kabupaten Bantul. Kotoran yang dihasilkan oleh peternakan inilah
yang dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk pertanian mereka.
Dengan demikian, biaya pemupukan yang mahal dapat dikurangi,
bahkan ada beberapa petani yang tidak mengeluarkan biaya, tetapi
cukup menggunakan tenaga dan waktu saja.
Hasil pengamatan lainnya, petani di desa Bangunjiwo dominan
menggunakan cangkul dan bajak (luku) dengan menggunakan