Page 191 - Layla Majnun
P. 191

mati namun ia hanya tertidur, dengan para hewan liar menjaganya, bagai-
              kan orangtua yang menjaga anaknya yang sedang tidur.
                     Orang-orang yang takut dengan para hewan liar yang selalu ber-
              ada di makam Layla, tak berani mendekat. Dari kejauhan mereka hanya
              memandang dan menunjuk-nunjuk sambil berkata, “Si orang gila itu masih
              tertidur di makam kekasihnya.”
                     Dan begitulah, tidak hanya dalam kehidupan namun dalam ke-
              matian pun Majnun dibiarkan sendirian. Bahkan para burung hering yang
              beterbangan dan menukik di atas makam tak berani mendekatinya. Pada
              akhirnya, apa yang tersisa darinya menjadi debu dan bersatu dengan tanah,
              tak meninggalkan apapun kecuali beberapa potong tulang belulang.
              Pada saat itulah para hewan baru menyadari apa yang terjadi dan mening-
              galkan pos penjagaan mereka. Satu demi satu mereka kembali ke alam
              liar dan meninggalkan majikan mereka yang telah tiada.
                     Begitu para hewan itu pergi, orang-orang baru berani mendekati
              makam Layla. Para anggota dari kedua suku – suku Layla dan Majnun – ber-
              diri dan menangis di makam tempat sepasang kekasih yang mereka sayangi
              itu terbaring, yang pada akhirnya bersatu dalam kematian. Dibuatlah
              sebuah nisan baru dan pada nisan itu tertera:

                     Sepasang kekasih terbaring di makam ini,
                     Pada akhirnya bersatu dalam kegelapan kematian.
                     Begitu setia saat terpisah, benar-benar saling mencinta:
                     Satu hati, satu jiwa di surga.
   186   187   188   189   190   191