Page 190 - Layla Majnun
P. 190
nya ke makam Layla tidak tentu. Pada akhirnya, teman-teman serta keluarga
Layla tak ingin mendekati makam Layla. Mereka semua takut jika si gila
itu akan muncul tanpa peringatan. Siapa yang berani menghadapi risiko
ditangkap singa atau digigit oleh anjing gila?
Dengan begitu cepatnya Majnun berjalan menuju kematian, namun
seberapa cepatnya pun ia berjalan tampaknya ia takkan sampai di tujuan.
Ia kini hanyalah seorang peziarah di dunia ini, yang selalu melaju cepat
menuju makam yang dianggapnya sebagai Makkah, satu-satunya tempat
di mana ia dapat beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang di jalan
yang penuh batu dan duri. Waktunya di bumi ini telah terbakar habis dan
dibiarkan tak terlihat. Dan kini tonggak takdir menghancurkan tulang-
belulangnya dan menggilasnya menjadi debu.
Sedikit demi sedikit ia melemah hingga suatu hari ia menyadari
bahwa ia telah sampai di akhir hidupnya. Perlahan, untuk terakhir kalinya,
ia menyeret dirinya menuju makam Layla. Hari sudah menjelang malam
ketika ia tiba, langit berwarna nila gelap dan dihiasi oleh bintang gemintang.
Bima sakti tampak bagaikan sungai yang mengalir; tak lama lagi kapal
Majnun akan menurunkan jangkar untuk terakhir kalinya, dan jiwanya
akan mengikuti aliran sungai untuk perjalanan terakhirnya. Ia duduk kele-
lahan di tepi makam Layla, mengangkat wajahnya dan menaikkan tangan-
nya ke atas menunjuk ke langit dan mulai berdoa:
“Ya Allah, sang Pencipta segalanya! Kumohon kepada-Mu, ringan-
kanlah beban hidupku ini! Bebaskan aku dan biarkan aku melangkah menyusul
kekasihku! Lepaskanlah ikatan rantai yang mengikatku pada dunia yang
kejam ini dan biarkan aku terbang!”
Majnun menutup matanya dan terbaring di makam Layla, me-
nekankan tubuhnya di tanah dengan segala kekuatan yang tersisa dalam
tubuhnya. Bibir keringnya bergerak-gerak mengucapkan doa yang tak
terdengar; lalu dengan kata, “Layla, cintaku… ” jiwanya terbebas dan
menghilang.
Beberapa orang bilang bahwa jenazah Majnun berada di atas ma-
kam Layla selama sebulan, bahkan ada pula yang berkata setahun. Bebe-
rapa orang yang melihatnya di sana bersumpah bahwa Majnun tidaklah