Page 186 - Layla Majnun
P. 186

tapi jika memang kau dapat melihatnya, kau akan tahu bahwa sepasang
            mata itu masih terus mencarimu.”
                   “Matanya berbicara mengenai bagian yang masing-masing
            tertulis dengan namamu, masing-masing diperuntukkan untuk menge-
            nangmu. Itulah pesan yang harus ibu sampaikan kepadanya.”
                    Bibir Layla bergetar dan dengan airmata mengalir di kedua pipinya.
            Ia memanggil nama kekasihnya untuk terakhir kali. Begitu suaranya
             memudar, cahaya di matanya mengecil dan akhirnya jiwanya terlepas.
                   Ibu Layla memeluk putrinya yang telah tiada, mendekapnya dengan
            begitu keras seolah memaksakan agar kehidupan kembali merasuki tubuh-
            nya. Ia menekankan bibirnya ke pipi pucat putrinya dan membelai rambut-
            nya, sepanjang waktu membisikkan namanya dan menangis penuh kesedihan
            dan belas kasih. Ia bersedia menyerahkan segalanya asalkan putrinya dapat
            hidup hanya untuk beberapa saat lagi saja………
                   Namun bahkan jika dunia ini miliknya, takkan ada yang dapat
            membawa Layla kembali. Wanita itu telah pergi dan takkan kembali.
            Kematian adalah alam di mana para pengunjungnya takkan dapat keluar
            lagi. Dan saat sang ibu duduk di sana menangisi kematian putrinya, hujan
            rintik-rintik turun, seolah menunjukkan bahwa langit pun turut berduka.
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191