Page 182 - Layla Majnun
P. 182
sebenarnya dukacitanya! Di permukaan ia berduka untuk Ibn Salam. Namun
jauh di dasar hatinya, airmatanya hanya untuk Majnun, dan hanya untuknya.
Ya, ia kini terbebas, sebebas kekasihnya, Majnun, meskipun kebe-
basannya berbeda. Sesuai dengan adat yang berlaku pada masa itu, setelah
kematian suaminya, seorang wanita harus menutupi wajahnya dengan
kerudung dan tak diperbolehkan melihat siapapun. Selama dua tahun
wanita itu harus mengurung diri di dalam tendanya, menutup diri dari dunia
dan sendirian dengan kesedihannya.Tentu saja hal ini yang diinginkan oleh
Layla; ia tak bisa lebih bahagia lagi! Sendirian, tanpa rasa takut, ia dapat
memperuntukkan hati, jiwa serta airmatanya hanya kepada satu-satu-
nya pria yang sangat ia cintai, Majnun.