Page 180 - Layla Majnun
P. 180

yang tak dapat ia nikmati, meskipun bagi semua mata yang memandang-
            nya, permata itu memang miliknya dan untuk dinikmatinya.
                   Luka yang diakibatkan oleh cinta yang tak terbalaskan sangatlah
            menyakitkan, namun perasaan Ibn Salam untuk Layla begitu kuatnya
            hingga ia merasa senang dengan apapun yang diberikan Layla kepadanya.
            Bahkan jika yang diterimanya hanyalah rasa sakit dan patah hati. Meskipun
            ia tak dapat memilikinya, setidaknya ia bisa menjaganya, ia akan menjadi
            si ahli sihir dan Layla sebagai peri, yang terperangkap di istananya, tersem-
            bunyi dari mata manusia lainnya. Jika ia tak dapat mencintai dan dicintai
            oleh Layla, setidaknya Layla adalah miliknya untuk selalu dipujanya.
                   Apakah Layla tahu bagaimana perasaan suaminya? Setiap kali
            suaminya mendekatinya, ia akan menyembunyikan airmatanya dan ber-
            pura-pura tersenyum. Orang-orang yang melihatnya tak menyadari sebe-
            rapa besar kesedihannya. Lagipula untuk apa orang-orang itu tahu? Ketika
            lilin yang terasing menyala, orang hanya dapat melihat pendaran cahaya;
            takkan ada yang melihat saat lilin itu meleleh hingga akhirnya mati dan
            tak dapat bersinar lagi.
                   Namun roda dunia berputar dan kala ia berputar takdir pun ter-
            kuak. Akhirnya Ibn Salam kehilangan seluruh harapannya. Layla jarang
            menemuinya, karena setiap pertemuan terasa lebih menyakitkan dari-
            pada sebelumnya. Apa yang dapat dilakukan seorang pria ketika ia mencintai
            seorang wanita namun tak mendapatkan cinta sebagai balasannya? Ke-
            sedihan yang terjebak dalam jiwanya telah meradang dan meracuni dirinya.
            Tubuhnya dihancurkan oleh demam, napasnya hangat dan kering bagaikan
            angin gurun. Karena menderita sakit, Ibn Salam hanya terbaring di tempat
            tidurnya.
                   Seorang tabib yang paling hebat pun dipanggil. Ia memeriksa de-
            nyut nadi pasiennya, memeriksa darahnya kemudian memberikan ramuan-
            ramuan yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Perlahan, kekuatan Ibn
            Salam kembali dan untuk beberapa saat seolah ia telah bebas dari bahaya.
            Namun begitu ia dapat bangkit dari tempat tidur dan berjalan-jalan, ia
            mengabaikan perintah tabib dan mulai makan dan minum apapun yang
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185