Page 179 - Layla Majnun
P. 179

kita, mimpi serta aspirasi kita semuanya sampai hingga di masa depan kita,
              namun seringkali kita membuat kesalahan dan harus membayar gantinya
              tatkala kalkulasi kita tak seimbang. Kita mengagumi bunga mawar dan
              mendambakannya untuk menjadi milik kita, namun ternyata tangan kita
              tergores duri saat kita hendak memetiknya. Kita menderita oleh rasa lapar,
              dahaga, serta hasrat yang tak terwujud, lupa bahwa demi memuaskan
              hasrat-hasrat itu kadangkala mendatangkan kehancuran bagi kita, dan
              perginya kita tanpa hal-hal yang teramat sangat kita dambakan mungkin
              dapat menjadi penyelamat. Kenyataannya, takdir dan hasrat manusia
              seringkali bertentangan. Ketika seseorang sedang berkonflik dengan apa
              yang telah digariskan dalam Buku Takdir, ia akan menyetujuinya tanpa
              melakukan perlawanan. Karena manusia lupa bahwa apa yang tampak
              bagaikan racun kadangkala berubah menjadi madu.
                     Sebagai contohnya Layla. Bagi orang-orang lain, ia adalah harta,
              namun bagi dirinya sendiri ia hanyalah beban. Bagi suaminya, Layla adalah
              perhiasan yang keindahannya sangat luar biasa; bagi Layla, suaminya
              adalah ular berbisa yang melilit tubuhnya. Di mata suaminya, Layla adalah
              rembulan dengan segala kemegahannya; di mata Layla, suaminya adalah
              naga yang memegang rembulan itu di rahang busuknya. Dengan demikian,
              Layla dan suaminya sama-sama menderita, Layla menderita karena suami-
              nya, dan begitupun suaminya yangmenderita karena Layla.
                     Bagi suaminya, keadaan itu sudah tak dapat ia hadapi lagi, namun
              bagi Layla semuanya adalah siksaan. Bukankah ia bak sebuah permata
              berharga yang terperangkap di dalam sebuah batu? Senjata apa yang di-
              milikinya selain kesabaran dan kebohongan. Kebahagiaan apa yang dimiliki-
              nya selain cinta Majnun, cinta yang dipeliharanya secara rahasia, cinta yang
              disembunyikannya dari semua mata, terutama mata suaminya.
                     Dan bagaimana dengan Ibn Salam? Apakah keadaannya lebih
              baik daripada Layla? Di mata dunia, ia memiliki sebuah permata paling ber-
              harga. Namun dalam kenyataannya, ia tak memiliki apapun. Ia menyadari
              bahwa Layla sesungguhnya bukanlah miliknya dan takkan pernah menjadi
              miliknya. Ia menyadari hal itu dan merahasiakannya dari orang lain, seberapa
              pun menyakitkannya hal itu untuknya. Jadi begitulah, ia mengawasi harta
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184