Page 177 - Layla Majnun
P. 177
Ucapan Majnun sangat mempengaruhi Salam. Bukankah ia telah
dinasihati oleh para tetua sukunya bahwa ia harus berhati-hati saat ber-
bicara? Bukankah ia telah diberitahu agar menguji busur terlebih dahulu
sebelum menembakkan panahnya? Kata-kata dari mulut manusia meluncur
lebih cepat daripada laju panah dari busur, namun rasa malu dan menyesal
akan terus ada. Salam merasa seharusnya ia tak membuka mulutnya.
Salam dan Majnun ditakdirkan untuk melalui jalan yang sama,
namun hanya untuk sementara saja. Selama beberapa saat, pria muda
dari Baghdad itu menerima kehidupan di gurun dan gaya hidup si pertapa
liar itu. Namun dari kehidupan barunya, ia mendapatkan hadiah berharga,
karena sajak-sajak Majnun bagaikan mutiara yang sangat indah, tersebar
di mana-mana untuk diambil serta disimpannya, untuk disimpannya dalam
keranjang ingatannya.
Tapi akhirnya kehidupan penuh rasa lapar dan kurang tidur yang
dijalaninya bersama Majnun mulai terasa berat. Salim merasa bahwa
kesehatan serta akal sehatnya akan berada dalam bahaya jika ia bertahan
di tempat itu bahkan untuk sehari lagi saja, jadi ia meninggalkan hewan-
hewan liar itu dengan majikannya dan kembali ke Baghdad. Di sana ia
mendendangkan sajak-sajak Majnun, membuat semua orang yang men-
dengarnya takjub dengan kebijaksanaan serta keindahannya, dan menyentuh
dalam-dalam jiwa semua orang.