Page 173 - Layla Majnun
P. 173
yang telanjang dari kepala hingga ujung kaki. Segera saja ia tahu pria yang
dilihatnya adalah Majnun, pria yang dicari-carinya selama ini. Ketika Majnun
melihat Salam datang mendekatinya, ia tahu bahwa pria muda itu pasti
menghabiskan waktu berhari-hari berusaha mencarinya, oleh karena itu
ia memberikan pertanda kepada para hewan agar tak menyerang tamunya.
Lalu ia menyambut pria muda itu dengan sopan dan membantunya
turun dari unta. “Dari mana asalmu, anak muda?” tanya Majnun.
“Tak penting dari mana asalku,” sahut pria muda itu. “Yang penting
saat ini adalah di mana aku berada. Dan aku sangat senang berada di ujung
perjalananku, aku telah sampai di tujuanku!”
Ia meraih tangan Majnun dan melanjutkan, “Jika kau perlu tahu,
rumahku berada di Baghdad, dan aku kini berada di tanah asing ini demi
dirimu, dan hanya untuk dirimu. Aku datang untuk melihatmu dan mende-
ngar sajak-sajakmu yang luar biasa indah.
“Allah telah menjaga hidupku sejauh ini, oleh karena itu izinkan
aku tinggal bersamamu untuk sementara waktu. Kau adalah seorang
pria yang memiliki kearifan serta penerangan, dan aku adalah budak yang
datang untuk menghapus debu di kakimu dan menuruti segala perintahmu.
“Setiap sajak yang kau dendangkan akan kusimpan dalam otakku:
hatiku akan menjadi wadah bagi kata-kata indahmu, sebuah peti untuk
menyimpan kearifanmu!”
“Izinkan aku tinggal dan melayanimu, kumohon kepadamu. Pan-
danglah aku sebagaimana kau melihat makhluk-makhluk liar yang ber-
ada di sini untuk menjagamu dengan setia dan tak pernah meninggalkan
sisimu. Bahaya apakah yang dapat didatangkan oleh seekor hewan lagi?
Aku adalah salah seorang dari mereka-mereka yang hancur oleh cinta,
sebagaimana dirimu, jadi jangan tolak aku.”
Ketika Majnun telah mendengarkan semua ucapan sosok asing itu,
sebuah senyuman tersungging di bibirnya lalu berkata, “Ah! Jalan yang
telah kau lalui ini dikelilingi oleh bahaya yang tak kau ketahui dan lebih
baik jika kau kembali secepatnya. Tak ada tempat untukmu di sini bersamaku,
karena kau tak pernah mengalami penderitaan yang kualami dan kau juga
tak pernah mencicipi kesengsaraanku.”