Page 187 - Layla Majnun
P. 187
33
Bersatu dalam Keabadian
Tepian sungai mana yang kau hiasi kini, bungaku?
Kebun duri mana yang telah kau ubah menjadi taman bunga mawar?
Katakan padaku, bagaimana kau lewatkan waktumu dalam gua
kematian yang gelap itu?
Tangan-tangan jahat takdir telah meniupkan badai di dalam
hatimu, memutar-mutarmu sampai kau pusing dan menjadi bingung
sehingga yang kau harapkan hanyalah terlepasnya jiwamu.
D
ugaan Layla ternyata terbukti tepat, begitu Majnun mendengar
berita kematian kekasihnya, ia segera berlari menuju makamnya
bagaikan halilintar yang digerakkan oleh amukan badai.
Sungguh pemandangan yang menyedihkan. Di sana ada jiwa yang
dinodai oleh kesedihan; di sana ada hati yang diporak-porandakan oleh
api penderitaan serta kesengsaraan, api yang begitu menakutkan hingga
membuat Majnun menjadi abu. Orang-orang yang melihatnya di makam
Layla begitu terpana dengan penampilannya sehingga sebagian besar
dari mereka berlari ketakutan. Mereka-mereka yang mendengar kisahnya
dari orang lain merasa iba dan kemudian menangisinya. Tak ada seorang
pun – bahkan hati yang keras sekalipun – yang tak tergerak dengan apa
yang mereka lihat ataupun dengar pada hari itu.