Page 71 - Punya Nisa
P. 71
yang diterimanya, dan tangga dilengkapi dengan perlengkapan keamanan
lain seperti railing dan balustrade.
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983,
dikatakan bahwa beban pada tangga lebih besar daripada beban plat lantai.
Maka dari itu, konstruksi tangga dapat dirancang menjadi dua bentuk yaitu
menyatu dengan konstruksi utama dan terpisah dari konstruksi utama
bangunan. Pada tangga yang terpisah dari bangunan utama, fondasi dan
balok tangga terpisah dari dinding bangunan utama.
2) Hubungan antar bagian
Konstruksi tangga yang mempunyai kekuatan struktural yang baik harus
mempunyai hubungan antar bagian yang baik pula. Hubungan antara ibu
tangga, anak tangga, balok tangga, maupun bagian lainnya. Misalnya pada
tangga beton bertulang apabila tulangan tidak diposisikan dnegan baik maka
bukan tidak mungkin tangga tersebut mengalami retakan.
3) Pemilihan Bahan atau Material dari segi Kekuatan Struktural
Pemilihan bahan yang tepat juga penting untuk mencapai kekuatan
struktural tangga. Bahan yang digunakan harus memiliki kekuatan, keawetan,
dan ketahanan yang memadai terhadap beban dan penggunaan sehari-hari.
Misalnya, tangga yang terbuat dari kayu harus menggunakan jenis kayu yang
kuat dan tahan terhadap serangan hama atau kelembaban. Sedangkan tangga
yang terbuat dari logam harus menggunakan logam yang tahan karat dan
memiliki kekuatan yang cukup.
Bahan tangga sendiri dikelompokkan menjadi dua yaitu penggunaan
bahan secara struktural dan penggunaan secara non-struktural. Penggunaan
bahan secara struktural pada umumnya seperti yang telah disampaikan di
modul sebelumnya yaitu misalnya beton bertulang, baja, kayu, batu atau bata,
dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dipakai sebagai bahan konstruksi
utama tangga. Sedangkan bahan non-struktural, dipakai untuk menunjang
kenyamanan, keamanan, ataupun ornamen tangga. Misalnya penggunaan
Modul Menggambar Konstruksi Tangga Beton Bertulang CAD KBM 2 – Modul 3 Perencanaan Tangga | 59