Page 4 - Cerpen Serpihan Asa Shafea
P. 4
Serpihan Asa Shafea
Hari ini tanggal 29 Maret tepat satu
bulan sebelum sanggar tari disekolahku
mengirim perwakilannya ke perlombaan tari
dalam peringatan Hari Tari Internasional di
Tokyo. Akupun bangun sangat pagi hari ini
untuk menyambut secercah asa yang akan aku
goreskan. “Selamat pagi, Mamaku yang cantik.”
Sapaku sambil keluar kamar. “Selamat pagi sayang,
semoga hari ini merupakan hari kesuksesan buat
anak mama yang cantik juga.” Jawab mamaku.
Sesaat akupun melihat sekilas ruang tengah
ternyata papa belum keluar kamar, tanpa
sarapan aku pamit sama mama. “Hari ini
merupakan hari istimewa buat saya, mohon
doanya untuk Shafea agar bisa ikut seleksi dan
lolos.” Ujarku sambil mencium tangan Mama. “Tunggu dulu doa restu dari Papa
sayang, sebentar lagi Papa pasti keluar kamar.” Jawab Mamaku. Sekejap mata Papa
keluar seraya berkata, “Anak Papa yang cantik akan berjuang hari ini demi asa dan
citanya, tapi tunggu sebentar sayang. Papa berpesan mulai hari ini dalam melakukan
apapun jaga tiga hal ya. Pertama yakinkan niatmu dengan sepenuh hati, kemudian
mohon doa restu kedua orang tua dan yang terakhir lakukan dengan sungguh-
sungguh apa yang menjadi asamu. Seperti pepatah bilang Man Jadda Wa Jada,
siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Doa terbaik Papa selalu untuk
Shafea” Pesan Papaku sambil mencium keningku.
Tidak terasa dalam suasana syahdu di pagi hari terpecah oleh suara sahabatku
yang memanggil untuk berangkat sekolah bersama, “Shafea ayo berangkat, nanti
kita terlambat.” Teriakan Kenes. Tak lama setelah saya berpamitan kepada kedua
orang tua kemudian akupun berlari sambil menenteng bekal buatan Mama menuju
keluar rumah. “Assalamu’alaikum sahabatku terbaik.” Kataku lirih sambil
tersenyum. “Walaikum salam Warahmatullahi Wabarakatuh sahabatku yang
cantik. O ya hari ini kita berangkat sekolah diantar sopir keluargaku ya, soalnya
1