Page 8 - Cerpen Serpihan Asa Shafea
P. 8
terbaik finalis duta tari sekolah kita. Yang nantinya akan mewakili sekolah kita
dalam Festival Tari Internasional di Tokyo. Mereka akan dipilih dua sebagai finalis
utama dan satu sebagai cadangan. Tapi ketiga punya kesempatan yang sama sampai
penentuan kahir pada tanggal 26 April mendatang. Mereka adalah Alika, Kenes,
dan Shafea.” Kata Bu Intan dalam pengumumannya. Seketika aku pun menangis
bahagia tanpa berpikir panjang dan berdoa dalam hati, “ Ya Allah Tuhan Yang
Maha berkehendak aku yakin ini adalah kehendak-Mu untuk aku dapat menggapai
cita-citaku.” Sahabatku menghampiriku dengan senyum dan tawa yang bahagia.
Setelah itu Bu Intan juga mengumumkan bahwa besuk kami bertiga akan latihan
lebih keras sampai tanggal 26 April.
Hari ini tanggal 24 April, kami bertiga berlatih bersama Bu Intan di sanggar
sampai sore. Beliau berkata, “besuk akan Ibu umumkan dua siswa yang terbiaik
untuk berangkat ke Tokyo.” Setelah latihan kami bergegas pulang dan dalam
perjalan pulang Kenes sontak berkata, “Shafea apapun yang terjadi kamu akan
menjadi yang terbaik dan akan mendapatkan beasiswa itu.” Akupun menjawab,
“Kita berdua akan berangkat dan akan menjadi sahabat selamanya.”
Haripun berganti dan pada kesempatan latihan pada tanggal 25 April suatu
kecelakan terjadi. Saat berlatih sendirian Kenes terjatuh dan kakinya terkilir. Sontak
aku pun kaget dan berlari menghapirinya bersama Bu Intan. “Ibu maafkan saya,
saya kurang berhati-hati dalam berlatih. Aduh sakit Ibu.” Ujar Kenes. Aku pun
dengan sigap membopongnya bersama Bu Intan ke ruang UKS seraya berkata.
“Tenang Kamu akan sembuh, Nes. Dan kita akan menjadi yang terbaik.” Setealh
selang beberapa waktu orang tua Kenes menjemputnya di sekolah dan
membawanya ke rumah sakit. Di sanggar tari sekolah aku dan Alika menunggu
dengan cemas. Sesaat Bu Intan kembali ke sangar dan berkata, “Tidak ada pilihan
lain maka kalian berdualah yang mewakili sekolah kita untuk berangkat ke Festival
Tari di Tokyo besok tanggal 27 April kita akan berangkat dua hari sebelum hari
pelaksanaannya.” Akupun bingung harus berbuat apa, diri ini merasa senang tetapi
dalam hati kecilku masih belum tenang karena sahabatku terluka dan tidak bisa
melanjutkan kompetisi. Aku pun pulang dan memberitahukan orang tuaku kabar
baik dan buruk hari ini yang aku alami. Tanpa berpikir panjang aku dibantu orang
tua untuk bersiap-siap menata keperluanku berangkat ke Tokyo. Dalam sela-sela
5