Page 105 - Pembangunan Perpustakaan.indd
P. 105
Alun Kapuas Pontianak diatur berdasarkan waktu yang dihabiskan
para pengunjung untuk membaca di rumah baca tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengunjung yang datang
untuk membaca di rumah baca, diperoleh rata-rata pengunjung
menghabiskan waktu 40-90 menit untuk membaca koleksi yang ada
(Hasanah et al., 2019). Dapat disimpulkan bahwa minat membaca
pengunjung masih tergolong rendah. Pengunjung menghabiskan
sekitar 60 menit untuk membaca, disela oleh permainan seluler dan
obrolan. Dari 60 menit tersebut, tidak semuanya digunakan untuk
membaca.
Kegiatan lain yang dilaksanakan di Rumah Baca Taman Alun
Kapuas yaitu kegiatan para pustakawan cilik. Pustakawan cilik
berkunjung untuk menempel bentuk. Anak-anak sangat antusias
sekali dan betah berada di rumah baca. Melalui kegiatan ini, anak-
anak menjadi mampu mengekspresikan kreativitasnya dengan
berbagai bentuk geometri sekaligus belajar mengenal warna
dan pola. Anak-anak juga berlatih mengembangkan imajinasi
dan kreativitas. Melalui suasana yang interaktif dan mendidik,
pembaca muda akan menikmati setiap proses pembelajaran sambil
bermain dan menciptakan karya seni yang bermakna untuk rumah
baca. Kegiatan ini dapat membantu anak-anak belajar mengenali
dan memahami bentuk dengan cara yang menyenangkan
(Sukiyanto et al., 2021).
C. Harapan dan Tantangan Rumah Baca Taman Alun Kapuas
Pontianak (edit senin mulai dari sini)
Permasalahan Rumah Baca taman Alun Kapuas Pontianak
adalah masyarakat masih kurang antusias menyambut
kehadirannya. Kemajuan teknologi ini dapat mengubah kebiasaan
membaca Masyarakat. Banyak masyarakat lebih memilih e-book
daripada buku karena lebih efi sien dan tidak mengharuskan keluar
rumah atau mencari buku. Oleh karena itu, walaupun masyarakat
lebih memilih memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi,
namun masih ada masyarakat yang lebih memilih datang ke rumah
baca secara langsung (Nasrullah & Tawakkal, 2021).
Minimnya ketertarikan dalam membaca tidak hanya terjadi pada
masyarakat di pedesaan. Di perkotaan pun masih banyak masyarakat
yang pengetahuannya hanya minim dalam membaca. Di daerah
95