Page 139 - kumpulan jurnal integrasi Kelas A
P. 139
menghasilkan produk sains dengan melakukan eksperimen/percobaan dan
terbentuknya sikap ilmiah. Salah Satu contoh kearifan lokal yang dapat di
implementasikan dalam pembelajaran sains adalah membatik. Salah satu daerah yang
telah memiliki dan memproduksi batiknya sendiri adalah Bengkulu, batik tersebut
diberi nama batik Basurek. Batik Basurek diproduksi sendiri oleh pengrajin batik usaha
kecil menengah. Batik Basurek memiliki ciri khas yang berbeda dengan pada batik pada
umumnya. Pemilihan warna pada motif batik Basurek menggunakan warna warna yang
cerah seperti warna merah, oranye, biru, ungu, hijau, cokelat, dan warna lainnya.
Pemilihan warna cerah ini bertujuan memberikan kesan khas yang hanya dimiliki oleh
batik Basurek.
Menurut Sudarmin (2014) Pendekatan ilmiah yang disarankan dalam
pendidikan di Indonesia saat ini adalah Etnosains, yaitu pengetahuan asli dalam bentuk
bahasa, adat isti adat dan budaya, moral sebagai begitu juga teknologi yang diciptakan
oleh masyarakat atau orang tertentu yang mengan dung pengetahuan ilmiah. Sesuai
dengan Sarfiyo dan Pannen yang dikutip dari (Yuliana (2017)), Pendekatan tersebut
meru pakan strategi penciptaan lingkungan belajar etnosains dan perencanaan
pembelajaran yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran
sains. Menurut Sudarmin dan Pujiastuti (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
pengetahuan sains masyarakat berbasis budaya lokal dan kearifan lokal akan hal yang
unik belum banyak diteliti, bahkan tidak pernah dimanfaatkan sebagai sumber belajar
pada pembelajaran sains. Sementara itu, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Sudiana dan Surata (2010) mengungkapkan bahwa aspek budaya lokal dalam
pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas pada proses pembelajaran. Bahkan hasil
penelitian Arfianawati, Sudarmin dan Sumarni (2016) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran kimia berbasis etnosains (MKPBE) dapat meningkatkan kemampuan
kognitif dan berpikir kritis. Hasil penelitian Tresnawati (2017) tentang kerusakan
biodiversitas mangrove menyatakan bahwa rendahnya persepsi siswa terhadap
ekosistem mangrove dikarenakan kurangnya menghubungkan materi IPA di kelas
dengan keadaan lingkungan sekitar dan budaya masyarakat. hal ini menyebabkan siswa
tidak dapat mengeksplorasi kemampuan dalam mengenali lingkungan. Terkait
permasalahan di atas, maka perlu pembelajaran sains yang mengarahkan siswa
melakukan sebuah pengamatan atau mengeksplorasi terhadap fenomena-fenomena
alam sekitar, salah satunya melalui kearifan lokal.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan asli (indigineous knowledge) atau
kecerdasan lokal (local genius) suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi
budaya untuk mengatur tatanan kehidupan kesejahteraan masyarakat (Parmin, dkk.,
2017). Kearifan lokal itu dapat berupa pengetahuan lokal, keterampilan lokal,
kecerdasan lokal, sumber daya lokal, proses sosial lokal, norma-etika lokal, dan adat
istiadat lokal (Parmin, dkk., 2017). Oleh karenanya penelitian ini menerapkan
pembelajaran sains berbasis kearifan lokal dalam perkuliahan materi dasar IPA melalui
eksplorasi pengetahuan asli budaya masyarakat (indigineous knowledge) di batik
Ciwaringin Cirebon terkait dengan materi pemanfaatan dan kerusakan sumber daya
alam hayati untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap pengetahuan asli
134