Page 61 - kumpulan jurnal integrasi Kelas A
P. 61

Gambar 1. Tumpukan kulit singkong
                          Banyaknya kulit singkong yang dihasilkan menyebabkan permasalahan lingkungan,
                      yaitu  penumpukan  sampah  yang  menyebabkan  timbulnya  bau  yang  menyengat  dari
                      penumpukan singkong tersebut.  Perlunya tindakan dari kita sebagai  masyarakat  dalam
                      pengelolaan  sampah  kulit  singkong  untuk  mengurangi  dampak  dari  permasalah
                      lingkungan yang timbul. Limbah berdasarkan nilai ekonomisnya dibagi menjadi dua, yaitu
                      limbah yang mempunyai limbah nonekonomis dan nilai ekonomis. Limbah nonekonomis
                      adalah limbah yang diolah dengan proses apapun tidak akan memberikan nilai tambah
                      sedangkan Limbah ekonomis adalah limbah yang dengan proses lanjut akan memberikan
                      mamfaat. Contohnya kulit singkong (Migusnawati, dkk. 2022).
                          Sesuai dengan kajian yang dilakukan Andareswari et al. (2019), bahwa di Kelurahan
                      Ciluar,  masyarakat  khususnya  pengrajin  singkong  belum  memiliki  pemahaman  terkait
                      pengolahan dan bahaya limbah singkong. Hal-hal yang menyebabkan para pemilik usaha
                      masih membuang limbahnya tanpa pengolahan terlebih dahulu yaitu kurangnya kepedulian
                      pemilik usaha terhadap kelestarian lingkungan perairan, kurangnya pemahaman pemilik
                      usaha terhadap dampak negatif limbah, serta kurangnya perhatian pemerintah. Pihak-pihak
                      pemerintah sebagai pihak berwenang dan pemangku kebijakan berkewajiban memberikan
                      edukasi kepada para pelaku usaha/ industri.
                          Limbah  kulit  singkong  potensial  untuk  dijadikan  kompos  karena  limbah  kulit
                      singkong mengandung sejumlah hara yang dibutuhkan oleh tanaman bahwa dalam 100
                      gram limbah kulit singkong mengandung protein 8,11 gram, serat kasar 15,20 gram, pektin
                      0,22 gram, lemak 1,29 gram, kalsium 0,63 gram. Protein yang terkandung dalam limbah
                      kult  singkong  apabila  didegradasi  oleh  mikroorganisme  akan  terurai  menjadi  senyawa
                      yang  mudah  menguap  dan  berbau  busuk  (amonia).  Dampak  dari  pembuangan  limbah
                      singkong ini dapat diatasi dengan pembuatan pupuk organik melalui pengomposan. Proses
                      pembuatan pupuk organik ini mudah diaplikasikan sehingga masyarakat bisa membuatnya
                      sendiri (Sulistyowati, dkk 2022).
                          Gula  Merah  mengandung  gula  alami  yang  akan  menjadi  sumber  energi  bagi
                      mikroorganisme  yang  terlibat  dalam  pembusukan  bahan-bahan  organik.  EM-4  atau
                      Effective Microorganisms adalah campuran mikroorganisme yang memiliki peran penting
                      dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik.
                           Berdasarkan  hasil  penelitian  Migusnawati  (2016)  penggunaan  pupuk  organik  dari
                      kulit singkong mampu menurunkan kadar logam berat pada tanah tercemar agrokimia.
                      Singkong (Manihot utilisima) disebut juga umbi kayu atau ketela pohon merupakan bahan
                      baku  pada  industri  makanan  dan  tepung  tapioka.  Kulit  singkong  merupakan  Limbah
                      singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan terbuang. Limbah Kulit singkong
                      tersusun atas dua jenis, yaitu kulit dalam dan kulit luar. Kulit singkong dapat dimanfaatkan

                                                                                                         56
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66