Page 6 - Kumpulan jurnal Pengamatan Kura-kura Kelas A
P. 6
mereka dapat menghindari proses hukum yang berlaku dengan memanfaatkan sejumlah celah
hukum yang masih ada. Maka dari itu, diperlukan penanganan guna mencegah terancamnya
keberadaan keanegaraman tersebut, salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan
melakukan konservasi. Menurut Iskandar (2000), rendahnya kesadaran masyarakat terhadap
perilaku melindungi dan melestarikani adalah salah satu penyebab terancamnya keberadaan
spesies ini. Kura-kura kemungkinan besar akan punah akibat pemanfaatan yang berlebihan
(Pasaribu, 2019).
Habitat kura-kura (Coura amboinensis amboinensis) adalah tipe habitat Semi Akuatik.
Habitat semi akuatik adalah tipe habitat campuran yaitu daratan (tanah) dan air. Kura-kura
coura menyukai dua (2) tipe habitat tersebut yaitu daratan (tanah) dan air. Di habitatnya, Kura-
kura coura ini tinggal di dekat sungai dan atau sawah dengan berlindung pada rerumputan atau
tanaman semak dan belukar atau tumbuhan yang ada di sepanjang sungai. Tipe habitat semi
akuatik ini memiliki suhu yang cukup lembab karena berada di daratan (tanah) yang
rerumputan, ditumbuhi tanaman semak dan belukar, dedaunan pohon yang jatuh ke tanah, dan
dekat dengan sungai sehingga tanahnya juga cukup lembab sehingga sangat cocok bagi Kura-
kura coura untuk hidup dan berkembang biak. Habitat semi akuatik ini tergolong salah satunya
adalah sawah
Konservasi merupakan suatu upaya-upaya pelestarian lingkungan dengan
memperhatikan manfaat yang diperoleh pada saat ini dan tetap mempertahankan keberadaan
setiap komponen-komponen lingkungan untuk pemanfaatan di masa yang akan datang.
Konservasi memiliki 2 bentuk, yakni konservasi in situ dan ex situ. Konservasi in situ adalah
pemeliharaan satwa liar di habitat alam atau aslinya. Sedangkan, konservasi ex situ adalah
pelestarian makhluk hidup di luar habitat aslinya (Kemenhut, 2012). Salah satu contoh
konservasi ex situ di Universitas Bengkulu) yaitu konservasi pendidikan IPA. Tujuan dari
konservasi pendidikan IPA di kawasan Universitas Bengkulu yaitu sebagai wadah area edukasi
masyarakat untuk mengenal jenis kura-kura Sumatera ( Arianti, Yunita et al., 2022)
Ada lima spesies kurakura Sumatera yakni Garis Hitam (Cyclemys odhamii), Batok
(Coura amboinensis), Pipi Putih (Siebenrockiella crassicolis), Duri/Nanas (Hoesemys spinosa)
dan Baning Coklat (Manouria emys) telah dilepas di area TLC, tetapi yang diamati di
konservasi pendidikan IPA Universitas Bengkulu adalah kura-kura Baning Coklat (Manouria
emys) (Wiryono dkk, 2016). Ciri khas yang dimiliki oleh kura-kura adalah adanya cangkang
yang disebut karapas pada bagian dorsal dan plastron pada bagian vetral (Sari, Erlansari, dan
Purwandari 2021). Perilaku kura-kura merupakan kebiasan harian dari kura-kura seperti sifat
kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakkan, cara interaksi dengan spesies lainnya. Dalam
mengamati prilaku kura-kura kami juga mengamati kondisi biotik dan abiotik di sekitar area
hidup kura-kura sumbu X dan Y (Nurani et al., 2023).
Berdasarkan hasil penelitian Apriani, Badaruddin, dan Latupapua (2016) perilaku
harian kura-kura terbagi menjadi 6 yaitu : (a) Perilaku makan, dapat diketahui waktu makan
bagi kura-kura ialah pada pagi hari ketika matahari terbit 07.00 atau 07.30 WIT saat bangun
dari waktu tidur. Tumbuh-tumbuhan atau buah-buahan yang dimakan kura-kura yaitu talas dan
tumbuhan disekitar konservasi. (b) Perilaku istirahat, kura-kura biasanya beristirahat ketika
hasrat makan mereka telah terpenuhi, biasanya kura-kura ketika di siang hari beristirahat di
bawah dedaunan pohon yang jatuh dan di semak belukar serta lamanya waktu kura-kura
beristirahat tidak menentu. (c) Perilaku tidur, biasanya sebelum tidur kura-kura akan menggali-
gali di bawah dedaunan atau semak belukar untuk mencari posisi aman, nyaman, teduh dan
sejuk untuk tidur. Ketika tidur, kura-kura menutup mata, memasukakan keempat kakinya
2